PORTAL BONTANG – Palang Merah Indonesia (PMI) mengadakan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang bekerja sama dengan International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) Asia Tenggara, pada Selasa, 3 September 2024.
Peringatan tersebut digelar beriringan dengan hari jadinya Palang Merah Indonesia (PMI), salah satu organisasi kemanusiaan yang bertindak sebelum, selama, dan setelah bencana maupun keadaan darurat kesehatan bagi orang-orang yang rentan.
Ternyata, organisasi yang acap kali menularkan semangat dalam kegiatan kemanusiaan ini ternyata juga aktif di berbagai negara.
Baca Juga: Promedia Audiensi dengan Bupati Pangandaran dan Calon Gubernur Jabar Jeje Wiradinata
Di antara banyak organisasi palang merah di dunia, salah satunya ada di Swiss, yang berdiri dengan nama Schweizerisches Rotes Kreuz. Ada juga di Italia dengan nama Croce Rosca Italiana, hingga Amerika Serikat yang diberi nama American Red Cross.
Di kancah internasional, PMI juga dikenal aktif dalam menjalankan misi palang merah dunia. PMI menjadi salah satu anggota dari komunitas IFRC yang terdiri dari 11 negara di Asia Tenggara.
Sejarah Palang Merah Dunia
Sejarah palang merah bermula dari kisah Henry Dunant, seorang pemuda asal Swiss yang namanya terkenal karena menolong lebih dari 40.000 korban pertempuran di Kota Solferino, Italia Utara, pada tahun 1859. Kala itu, Henry Dunant berada di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III.
Baca Juga: X TV dari Elon Musk Kini Hadir di Ruang Tamu Anda
Dalam bukunya yang berjudul Kenangan dari Solferino, Henry memiliki gagasan untuk membentuk organisasi kemanusiaan dunia, serta mengadakan perjanjian internasional demi perlindungan bagi para sukarelawan.
Kisahnya yang terkenal itu terjadi pada tahun 1863. Kala itu, Henry bersama empat orang warga Kota Jenewa membentuk Komite Internasional untuk memberi bantuan para tentara yang cedera.
Kini, komite itu disebut sebagai Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC). Komite itu berfokus untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka didirikanlah organisasi sukarelawan guna menjadi bagian medis angkatan darat pada masa perang.
Baca Juga: Aplikasi Pixel Thermometer Kini Dilengkapi Fitur Pengukuran Suhu Tubuh di Eropa
Pada tahun 1864, Konferensi Internasional terjadi atas prakarsa Pemerintah Federal Swiss untuk menyetujui adanya perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang.
Konvensi Jenewa itu diselenggarakan sebanyak empat kali pada tahun 1949, konvensi ini adalah salah satu komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI), suatu ketentuan internasional yang mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.
Palang Merah Indonesia Lahir
Waktu berlalu, Palang Merah di Indonesia pun sudah dimulai sejak masa sebelum Perang Dunia 2 yang digagas oleh Kolonial Belanda di Indonesia.
Dulu, palang merah di Indonesia dinamakan Nederlands Rode Kruis Afdeling Indië (Nerkai) yang berdiri pada tahun 1873. Namun, organisasi ini dibubarkan pada masa pendudukan Jepang.
Palang Merah Indonesia mulai eksis sejak 1932, dipelopori oleh Dr. RCL Senduk dan Dr. Bahder Djohan yang mendapatkan dukungan luas dari kalangan terpelajar Indonesia.
Baca Juga: Pembaruan Sistem Google September 2024: Apa yang Baru dan Perlu Diketahui
Tepatnya, perjuangan untuk mendirikan PMI ini bermula saat rancangan mereka dibawakan ke sidang Konferensi Nerkai pada tahun 1940. Nahas, rancangan tersebut ditolak mentah-mentah.
Cahaya mulai tampak, ketika mereka kembali mencoba membentuk Badan Palang Merah Nasional pada masa pendudukan Jepang, meski mendapatkan halangan dari Pemerintah Tentara Jepang.
Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan perintah untuk membentuk suatu badan Palang Merah Nasional, pada tanggal 3 September 1945.
Setelah diresmikan presiden, PMI pun mulai merintis kegiatan kemanusiaan dengan memberikan bantuan korban perang revolusi kemerdekaan Republik Indonesia, serta pengembalian tawanan perang sekutu maupun Jepang.
Baca Juga: Audiensi Tim Promedia Priangan Timur, Ivan Dicksan Bahas Perhelatan Pemilu 2024 di Kota Tasikmalaya
Perkembangan jaringan kerja PMI semakin tersebar di 30 provinsi dengan dukungan operasional 165 unit transfusi darah di Indonesia.
PMI Dalam Kacamata Kemanusiaan
Ketua Umum Palang Merah Indonesia M. Jusuf Kalla menyebut bahwa PMI dalam menjalankan tugasnya hanyalah untuk kemanusiaan.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Sambut Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia
“Apa yang kita laksanakan adalah kemanusiaan, salah satu unsur penting daripada Pancasila, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kita bekerja untuk mengatasi kesulitan masyarakat,” kata Jusuf Kalla saat Mukernas PMI pada tahun 2023.
Tak ayal, PMI menjadi lembaga yang sangat penting dalam kiprahnya dalam kegiatan kemanusiaan di Indonesia.
Di sisi lain, Kemenpora mengungkap Jusuf Kalla Bersama PMI dalam mengajak anak muda Indonesia untuk ikut mengatasi perubahan iklim melalui gerakan penghijauan, sejak 18 September 2023 lalu.
Lantas, timbul pertanyaan mengapa perubahan iklim juga menjadi perhatian PMI?
Rupanya, hal ini karena fenomena kekeringan perubahan iklim dan polusi udara sedang melanda Indonesia.
Perlu diketahui, bahwa PMI menolong sepenuh hati masyarakat yang menghadapi masalah perubahan iklim, poinnya tetap demi kemanusiaan.
Baca Juga: Apple Berencana Meluncurkan Magic Keyboard untuk iPad Entry-Level
Salah satunya dengan menyelenggarakan kegiatan penanaman pohon 244 tanaman budidaya, yang mulai ditanam pada area Tangerang Volunteer Park.
Masalah kekeringan diatasi PMI bersama masyarakat dengan penyaluran air bersih sebanyak 100 juta liter untuk 19 provinsi di Indonesia.
Hal tersebut dengan mengerahkan 218 mobil tangki air, dengan target secara keseluruhan mencapai 300 juta liter air.
Menilik perjuangan PMI dalam kemanusiaan, penting adanya pondasi Kerjasama dan sinergi kuat yang dilaksanakan oleh pemerintah dan PMI.
Baca Juga: Muhammad Nur Resmi Gantikan Zainuddin sebagai Camat Bontang Utara
Selain itu, kerjasama yang kuat antara masyarakat terdampak dengan para relawan harus juga diiringi dengan kebesaran hati untuk saling menolong satu sama lain.***
***
Penulis: M Zulfikar A | Editor: M Zulfikar A
Komentar Anda