Portalbontang.com, Karanganyar – Dua pesan kuat mengemuka dari perhelatan Jambore Nasional ke-3 Relawan Muhammadiyah-‘Aisyiyah di Tawangmangu, Karanganyar.
Di satu sisi, pemerintah memberikan apresiasi tertinggi bagi Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai mitra terbaik.
Di sisi lain, dorongan kuat muncul agar Muhammadiyah melebarkan sayap gerakan kemanusiaannya menjadi aktor utama di panggung global.
Dorongan untuk “go international” ini disampaikan secara tegas oleh Pengamat Timur Tengah sekaligus mantan Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y Thohari.
Menurutnya, dunia saat ini sangat membutuhkan kehadiran Muhammadiyah di tengah berbagai krisis.
“Gerakan kemanusiaan sebagai filantropisme dan volunterianisme perlu terus ditumbuhkan. Dunia mengalami banyak bencana, dan kehadiran Muhammadiyah sangat dibutuhkan,” ujar Hajriyanto, Jumat (27/6/2025).
Ia menyebut bahwa gerakan kemanusiaan adalah ujung tombak paling strategis untuk internasionalisasi Muhammadiyah, yang ia sebut sebagai organisasi Islam terbesar dan salah satu yang terkaya di dunia.
“Karena Muhammadiyah adalah organisasi Islam terbesar di dunia Islam,” katanya.
“Muhammadiyah itu andalan. Maka, dia harus melakukan internasionalisasi gerakan kemanusiaan ini,” tegas Hajriyanto.
Selaras dengan dorongan tersebut, pengakuan atas kapasitas Muhammadiyah datang dari pemerintah.
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial Kemenko PMK, Lilik Kurniawan, dalam forum yang sama tidak ragu melayangkan pujian.
“MDMC luar biasa. Mereka menjadi salah satu mitra terbaik pemerintah di daerah bencana,” ujar Lilik.
Lilik menegaskan bahwa kontribusi nyata MDMC membuktikan pentingnya kolaborasi dalam membangun ketangguhan bangsa.
Ia juga menyoroti komitmen pemerintah pada sistem peringatan dini yang inklusif (#EWSforAll) dan kesetaraan gender serta inklusi sosial (#GEDSI) dalam penanggulangan bencana.
“Filosofi tangguh bencana adalah memastikan setiap orang, terutama yang tinggal di daerah rawan, memiliki pengetahuan dan kemampuan mitigasi. Ini bukan hanya tugas lembaga besar seperti BNPB atau Basarnas, tetapi juga tanggung jawab komunitas lokal,” jelasnya.
Pada akhirnya, kedua pandangan ini bertemu pada satu titik: MDMC sebagai garda terdepan.
Hajriyanto berharap MDMC dapat menjawab krisis global seperti di Palestina dan Rohingya, sementara Lilik berharap Muhammadiyah terus menjadi pionir dalam membangun #BudayaTangguhBencana di Indonesia.
Hajriyanto pun menutup dengan sebuah kunci strategi.
“Lakukan kooperasi, aliansi, asosiasi dengan berbagai pihak. Itu jalan untuk memperkuat posisi Muhammadiyah di ranah global,” tandasnya.***
Komentar Anda