Portalbontang.com, Washington, DC – Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang semula bertujuan membahas kesepakatan eksploitasi mineral langka, berubah menjadi ajang adu mulut di Gedung Putih.
Dalam pertemuan yang disaksikan puluhan wartawan, Trump secara tegas mengancam Zelenskyy dengan pernyataan keras, “Anda akan membuat kesepakatan atau kami keluar.”
Ketegangan ini memuncak ketika Zelenskyy mengangkat isu invasi Rusia ke Krimea pada 2014.
Baca Juga: Antusiasme Ramadan 2025: Program Takjil Gratis Sekolah hingga Transportasi Umum Jadi Sorotan
Trump, yang sejak awal menunjukkan skeptisisme terhadap keterlibatan Amerika dalam perang Ukraina, menanggapi dengan nada tinggi.
“Anda tidak punya kartu saat ini. Anda mempertaruhkan nyawa jutaan orang. Anda mempertaruhkan Perang Dunia III,” ujarnya dengan nada tegas saat Zelenskyy mencoba membantah, dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia, Minggu 1 Maret 2025 WIB.
Kesepakatan Mineral Langka Batal, AS Kehilangan Akses Eksklusif?
Sebelum pertemuan ini, Trump dan Zelenskyy hampir mencapai kesepakatan strategis terkait eksploitasi mineral langka di Ukraina.
Dalam draft perjanjian, Amerika Serikat dijadwalkan mendapatkan akses untuk menggali dan mengelola sumber daya alam Ukraina, dengan skema bagi hasil sebesar 50 persen untuk rekonstruksi pascaperang.
Namun, setelah perdebatan sengit di Ruang Oval, Trump menyatakan bahwa kesepakatan tersebut batal.
Melalui pernyataan di media sosial, ia menulis, “Saya telah memutuskan bahwa Presiden Zelenskyy tidak siap untuk Perdamaian jika Amerika terlibat.”
Baca Juga: Kilang Minyak Pertamina Cilacap Kembali Terbakar di 2025, Insiden Serupa Terulang?
Trump juga menuding Zelenskyy memanfaatkan dukungan AS sebagai keuntungan dalam negosiasi.
Ketidakpastian ini membuat masa depan hubungan bilateral kedua negara semakin buram.
Dengan batalnya kesepakatan ini, AS kehilangan kesempatan untuk mendapatkan akses eksklusif ke mineral langka Ukraina, yang sangat penting bagi industri teknologi dan militer.
JD Vance: Zelenskyy Lakukan “Tur Propaganda”?
Wakil Presiden AS, JD Vance, juga turut melontarkan kritik tajam kepada Zelenskyy. Ia menuduh pemimpin Ukraina itu hanya ingin menarik simpati publik Amerika melalui media.
Baca Juga: Hasil Sidang Isbat, Pemerintah Resmi Tetapkan 1 Ramadan 1446 H: Puasa Dimulai Sabtu, 1 Maret 2025
“Saya pikir tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval untuk mencoba meributkan hal ini di depan media Amerika,” katanya dengan nada sinis.
Tudingan ini semakin memperkeruh situasi dan memperlihatkan perbedaan pandangan antara kedua negara.
Bagi Washington, dukungan terhadap Ukraina seharusnya memberikan keuntungan geopolitik, bukan sekadar pengeluaran tanpa batas.
Sementara bagi Zelenskyy, bantuan Amerika merupakan jaminan kelangsungan negaranya dalam menghadapi Rusia.
Baca Juga: Kilang Pertamina Cilacap Kebakaran: Suplai BBM Aman? Ini Kata Pertamina
Trump: “Putin Akan Menepati Janjinya”
Dalam konferensi pers terpisah dengan Perdana Menteri Inggris, Kier Starmer, Trump kembali menegaskan pandangannya terhadap konflik Ukraina-Rusia.
Ia mengungkapkan bahwa negosiasi damai dengan Rusia telah berjalan “sangat maju” dan menekankan bahwa “Putin akan menepati janjinya.”
Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sekutu NATO. Banyak yang melihat pendekatan Trump ini sebagai sinyal bahwa AS mungkin mengurangi keterlibatannya dalam mendukung Ukraina di masa depan.
Sementara itu, Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih lebih awal tanpa mengikuti konferensi pers bersama.
Kepergiannya yang mendadak semakin mempertegas ketegangan antara kedua pemimpin tersebut. ***
Komentar Anda