Kekuatan naratif “Selepas Tahlil” bersumber dari salah satu episode paling populer dan viral dari podcast horor “Lentera Malam.”
Baca Juga: Menko Airlangga Janjikan Diskon Listrik 50 Persen, Menteri ESDM Bahlil Malah Tak Tahu Menahu
Podcast ini dikenal luas di kalangan pendengar Indonesia karena mengangkat kisah-kisah misteri dan urban legend yang beredar di masyarakat, seringkali dengan klaim berdasarkan pengalaman nyata.
“Selepas Tahlil” sendiri mengadaptasi cerita mengerikan tentang jenazah yang disebut-sebut bangkit dan berjalan sendiri dari Surabaya ke Lamongan—sebuah premis yang tak hanya memicu rasa ngeri tetapi juga membuka ruang refleksi mendalam tentang ikatan keluarga, penyesalan, dan apa yang tertinggal setelah kepergian orang terkasih.
Aghniny Haque, yang dikenal melalui peran-peran laga dan dramanya, memerankan Saras, karakter yang ia gambarkan sebagai cerminan anak pertama pada umumnya: terlihat kuat, logis, namun kerap memendam emosinya.
Namun, di tengah teror gaib yang menghantui, semua benteng logika Saras mulai goyah.
Baca Juga: Premanisme Berbaju Ormas Ancam Investasi, Istana: Fokus Tindak Tegas, Bukan Ormasnya
“Bobot peran yang dimainkan di sini tuh, emotional-nya dalem banget. Bukan tentang fisik atau aksi, tetapi karena ada banyak luka yang harus dimunculkan di sini. Luka karena kehilangan orang tua, luka untuk ‘apakah dia bisa untuk mengontrol keluarganya agar baik-baik saja’, dan luka untuk memikirkan agar adiknya tidak pergi meninggalkan dia,” ungkap Aghniny Haque mengenai tantangan mendalami karakter Saras.
Ia menambahkan, “Saras akan membuat penonton melihat horor dari sisi yang sangat manusiawi.”
Senada dengan Aghniny, Bastian Steel yang memerankan Yudhis, sang adik, mengakui bahwa proyek ini menjadi pengalaman paling serius dalam filmografi horornya.
Komentar Anda