Restoran ini menawarkan lebih dari sekadar makanan.
Mulai dari patung Raminten yang ikonik, bangunan bergaya Jawa klasik, aroma dupa, musik gamelan, hingga pelayan yang mengenakan pakaian adat seperti kebaya dan blangkon—semuanya menciptakan pengalaman menyeluruh.
Beberapa menu khas yang jadi andalan antara lain:
- Sego Gudeg & Sego Kucing versi eksklusif
- Ayam Koteka & Maheso Selo Gromo
- Bebek Lombok Ijo & Tempe Mendoan
- Minuman unik seperti Wedang Uwuh, Teh Purwoceng, hingga Es Perawan Tancep
Setiap hidangan hadir dengan cita rasa tradisional, namun disajikan secara kreatif agar menarik generasi muda dan wisatawan internasional.
Penghargaan dan Warisan Budaya
Baca Juga: Jelang Ujian Seleksi PPPK Tahap 2 TA 2024, Pemkot Bontang Tegaskan Tak Ada Ruang untuk Kecurangan
Dedikasi Hamzah pada pelestarian budaya mendapat pengakuan dari Kraton Yogyakarta. Ia diberi gelar kehormatan Kanjeng Mas Tumenggung Hamijinindyo oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Tak hanya itu, ia juga merupakan pemilik Hamzah Batik (sebelumnya Mirota Batik), salah satu pusat batik dan oleh-oleh terpopuler di Malioboro.
Lebih dari bisnis, Hamzah membangun Raminten sebagai jembatan budaya.
Restoran ini menjadi ruang inklusif yang menyatukan kelas sosial, mempertemukan cita rasa lokal dengan nilai filosofi Jawa dalam suasana yang merakyat dan elegan.
Baca Juga: Prabowo Uji Coba Drone Pertanian di Ogan Ilir: 25 Hektare Sawah Disemai dalam Sehari
Kepergian Hamzah Sulaiman datang di tengah meningkatnya perhatian pemerintah pada pengembangan ekonomi kreatif berbasis budaya.
Discussion about this post