Portalbontang.com, Dallas – Di tengah hiruk pikuk kota Dallas, Texas, bulu tangkis menjadi jembatan emas yang menyatukan diaspora Indonesia.
Olahraga tepok bulu ini, yang resmi mendunia sejak Olimpiade 1992, ternyata mampu menjadi perekat komunitas di negeri Paman Sam, bahkan di negara yang belum begitu akrab dengan badminton.
Kisah inspiratif ini datang dari Budisetia Yoelioes, seorang WNI yang telah lama bermukim di Dallas.
Baca Juga: Antusiasme Ramadan 2025: Program Takjil Gratis Sekolah hingga Transportasi Umum Jadi Sorotan
Berawal dari kerinduan untuk bertemu dan berkumpul dengan sesama orang Indonesia, Budi, sapaan akrabnya, melihat potensi besar dari olahraga yang sangat digemari di tanah air ini.
“Apa sih yang bisa nyatuin orang Indonesia di sini ya? Makanan, bazaar? Dari KJRI kan biasanya hanya sekali atau dua kali bazaar dalam setahun. Itupun ketemu, beli makanan, pulang. Ada yang saling kenal, okelah, ngga ada yang kenal, pulang,” ungkap Budi, menggambarkan kondisi awal komunitas Indonesia di Dallas, dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, ide brilian muncul dari benak Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia (KMI) Dallas ini.
“Kan orang Indonesia suka badminton? Kita kan dulu main bulu tangkis sejak kita kecil,” tuturnya, menemukan kunci pemersatu itu.
Gudang Jadi Arena Silaturahmi dan Bakat Badminton
Awalnya di tahun 2019, sebelum pandemi melanda, Budi bergabung dengan komunitas badminton di lapangan milik gereja China. Namun, dengan hanya tiga lapangan dan sedikitnya pemain Indonesia, Budi merasa perlu wadah yang lebih besar.
Gelombang antusiasme mulai terasa di tahun 2021. Dari grup KMI, kabar tentang latihan badminton menyebar dari mulut ke mulut, hingga akhirnya terkumpul 20 orang WNI.
Baca Juga: Kilang Minyak Pertamina Cilacap Kembali Terbakar di 2025, Insiden Serupa Terulang?
Melihat perkembangan ini, Budi bergerak cepat mencari tempat yang lebih representatif. Bak gayung bersambut, seorang WNI menawarkan gudangnya untuk disulap menjadi arena badminton.
Maka, lahirlah Persatuan Badminton Indonesia Seluruh Dallas (PBISD) dengan delapan lapangan yang memadai.
Empat tahun berlalu, PBISD kini menjadi rumah bagi 60 anggota, termasuk 15 warga Amerika Serikat keturunan Tionghoa, India, dan Malaysia. Mimpi Budi untuk menyatukan diaspora Indonesia melalui badminton pun terwujud.
Yani Saputera, salah satu anggota PBISD, mengungkapkan kebahagiaannya, “Kelompok ini berkembang, jumlahnya makin banyak. Ada yang sudah lama main, ada yang baru belajar. Ada truk yang menjual makanan Indonesia datang ke tempat latihan bulu tangkis. Harapan saya makin terus berkembang supaya bisa diadakan lebih banyak pertandingan.”
Untuk meningkatkan kualitas latihan, PBISD bahkan memiliki tiga pelatih, salah satunya adalah legenda bulu tangkis putri Indonesia, Sarwendah, juara dunia 1990 dan SEA Games 1993. Semangat kompetisi pun terus dipupuk.
Baca Juga: Hasil Sidang Isbat, Pemerintah Resmi Tetapkan 1 Ramadan 1446 H: Puasa Dimulai Sabtu, 1 Maret 2025
“Saya ingin grup PBISD ini bisa bertanding ke state-state lain, seperti antar PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat), misalnya Los Angeles atau state lain, sehingga kita bisa saling main,” harap Budi.
Badminton Amerika: Berkembang Pesat, Lahirkan Bibit Unggul
Kisah sukses badminton di Amerika juga terlihat dari jejak Dea Adi Rangga, mantan juara binaan PB Djarum.
Semula melatih di Dallas, Dea kini mengembangkan sayapnya di North Carolina. Jika Budi fokus menyatukan diaspora, Dea justru lebih banyak membina warga Amerika asli untuk mencintai badminton.
Baca Juga: Kilang Pertamina Cilacap Kebakaran: Suplai BBM Aman? Ini Kata Pertamina
“Lumayan banyak, ada 200-an murid, kebanyakan kelahiran Amerika, keturunan India, Malaysia, Tionghoa. Prestasinya juga lebih bagus dengan program latihan yang intensif,” ungkap Dea, kelahiran Blitar, yang telah malang melintang melatih badminton di berbagai negara sejak 2015.
Dea menambahkan, “Untuk meningkatkan popularitasnya, diperlukan lebih banyak turnamen yang berkualitas, pemberitaan media, serta pembinaan di sekolah-sekolah dan komunitas, untuk menarik para pemain muda.”
Kini, Dea pun aktif bertanding di Amerika Serikat dan berhasil meraih medali emas tunggal putra Pan American Masters Cleveland 2023 di Ohio.
Ekosistem Badminton Indonesia: Jalur Karir yang Menjanjikan
Baik Dea maupun Aditya Sindoro (coach Yang Yang), mantan pemain profesional asal Klaten, menegaskan bahwa Indonesia memiliki ekosistem badminton yang sangat kuat.
Orang tua di Indonesia tak ragu memasukkan anak-anak berbakat ke pelatihan badminton sejak usia dini.
“Badminton akan membuat kesejahteraan para atlet itu naik, dengan berbagai hadiah uang yang bisa dinikmati para pemainnya. Jadi kalau badminton populer di Amerika kan otomatis banyak sponsor dan itu membentuk eko sistem di dunia badminton dari anak-anak, remaja dan dewasa yang akan terus ada pembinaan dan pelatihan,” papar Yang Yang, yang kini mengepalai tiga PB Champion di Klaten, Yogyakarta, dan Medan, menyambut gembira perkembangan badminton di Amerika.
Masa Depan Badminton Diaspora
Kini, klub-klub badminton diaspora Indonesia mulai bermunculan di berbagai negara bagian Amerika Serikat.
Dallas menjadi salah satu pusat komunitas WNI terbesar, sementara North Carolina menjadi tempat lahirnya bibit-bibit muda badminton Amerika di bawah bimbingan Dea Adi Rangga.
Baca Juga: Mahfud MD: Kejagung Berani Usut Korupsi Pertamina Rp 1 Kuadriliun karena ‘Direstui’ Presiden
Perkembangan ini menjadi angin segar bagi popularitas badminton di kancah internasional, membuka jalan bagi semakin banyak talenta muda untuk berprestasi dan mengharumkan nama bangsa. ***
Komentar Anda