PORTAL BONTANG – Canva dikenal sebagai platform desain dengan fitur lengkap dan mudah digunakan.
Namun, siapa sangka perjalanan Canva dimulai dari ide sederhana: membantu siswa Australia membuat buku tahunan sekolah.
Melanie Perkins dan suaminya, Cliff Obrecht, memulai langkah mereka dengan mendirikan Fusion Books pada 2007.
Baca Juga: Teaser Film ‘Believe’ Ungkap Perjuangan Prajurit TNI di Operasi Seroja 1975
Platform ini memungkinkan siswa mendesain buku tahunan mereka secara kreatif. Keberhasilan ini menjadikan Fusion Books pemasok buku tahunan terbesar di Australia.
Pada 2013, bersama Cameron Adams, pasangan ini meluncurkan Canva, platform desain yang awalnya ditargetkan untuk 50 ribu pengguna.
Melanie, sebagai CEO, memiliki misi memberdayakan siapa saja untuk mendesain apa pun dengan mudah.
Membangun Canva: Kesederhanaan Jadi Kunci Sukses
Baca Juga: Prediksi Skuad Indonesia vs Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Kevin Diks Jadi Starter
Melanie terinspirasi saat mempelajari Psikologi dan Bisnis di Universitas Australia Barat.
Fusion Books menjadi “laboratorium” untuk menyederhanakan proses desain, yang kemudian menjadi dasar pengembangan Canva.
Canva terus berinovasi. Pada 2015, mereka meluncurkan Canva Pro. Tahun 2017, berbagai fitur baru seperti animasi dan desain cetak diluncurkan.
Pada 2018, Canva resmi menjadi Unicorn, dengan valuasi lebih dari 1 miliar dolar.
Keberhasilan Canva di Pasar Global
Kini, Canva memiliki lebih dari 135 juta pengguna di seluruh dunia.
Pada 2024, Canva mengakuisisi Zeetings, platform presentasi, untuk memperluas layanan mereka.
Baca Juga: Mendikdasmen Usulkan Kurikulum Baru: AI dan Coding untuk Siswa SD, Matematika di TK!
Forbes mencatat kekayaan bersih Melanie Perkins mencapai 4,4 miliar dolar (Rp70 triliun) per November 2024.
Melanie Perkins membuktikan bahwa kesederhanaan dalam desain bisa menciptakan perubahan besar di dunia digital. ***
Discussion about this post