Pada hadits ini, kata “imanan” diartikan dengan meyakini kebenaran dan keutamaan menghidupkan malam Ramadhan dengan ibadah.
Baca Juga: Ikut Muhammadiyah, Ini Daftar Masjid di Bontang yang Gelar Shalat Tarawih 10 Maret 2024
Imam As-Suyuthi dalam Syarhu Muslim mengatakan, kata “imanan” dalam hadits tersebut memiliki arti meyakini kebenaran dan keutamaannya.
Sedangkan Al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengatakan, artinya adalah meyakini adanya janji pahala dari Allah swt.
Sedangkan hadits kedua menjelaskan ampunan dosa bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan “imanan” dan “ihtisaban”.
Baca Juga: Atasi Kesenjangan Keterampilan Digital, Kemenparekraf Gelar BDD 2024
Pada hadits ini As-Suyuthi mengatakan, kata “imanan” diartikan dengan meyakini kewajiban puasa Ramadhan, meyakininya sebagai salah satu rukun Islam, dan meyakini janji pahala dari Allah swt.
Jadi, orang yang melakukan puasa dan shalat malam pada bulan Ramadhan harus merasa yakin dan tidak ragu bahwa puasa merupakan kewajiban Islam, shalat malam merupakan anjuran Islam, dan keduanya telah dijanjikan pahala oleh Allah swt.
Sedangkan kata “ihtisaban” pada dua hadits di atas diartikan dengan beberapa makna, di antaranya:
Melakukan puasa dengan senang dan berharap mendapat pahala dari Allah swt, tidak merasa berat melakukan puasa, dan tidak merasa jenuh karena hari-hari puasa terlalu lama, sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani:
“Al-Khattabi berkata: “kata “ihtisaban” artinya dengan keteguhan hati, yaitu puasa dengan makna menginginkan pahala, dengan hati yang baik, tidak merasa berat untuk puasa dan tidak merasa terlalu panjang hari-harinya”.” (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2017] juz V, Halaman 101).
Komentar Anda