Dalam petuahnya, Rasulullah mengajak umatnya untuk merenungkan betapa berharganya waktu di bulan Syaban.
Meskipun Rasulullah menjalani puasa sunah di bulan ini, bukan berarti puasa tersebut menjadi kewajiban.
Puasa Syaban dapat dianggap sebagai persiapan batin dan fisik, sebagai sebuah detik-detik terakhir menjelang “bulan penuh rahmat”.
Jamaah yang berbahagia,
Marilah kita sambut bulan Syaban dengan hati yang bersih, semangat yang membara, dan niat yang tulus.
Memperbanyak puasa sunah seperti puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, atau bahkan puasa Daud menjadi langkah awal menuju perubahan positif dalam diri kita.
Sambutlah bulan ini sebagai ladang amal yang subur, tempat kita menanam benih kebaikan yang akan kita panen di akhirat kelak.
Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menggambarkan keutamaan yang sungguh luar biasa dari melaksanakan puasa sunah. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعْدَ اللَّهُ تَعَالَى وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيفًا
“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, niscaya Allah akan menjauhkan dirinya dari neraka sejauh jarak tujuh puluh tahun.”
Keutamaan ini bukan hanya terbatas pada keberuntungan terhindar dari siksaan neraka, namun juga menunjukkan betapa besar rahmat Allah kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menjalankan ibadah-Nya.
Puasa sunah bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membawa hamba kepada kedekatan dengan Sang Pencipta.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Bulan Syaban bukan hanya sebagai awal pembukaan tirai Ramadan, tetapi juga sebagai kesempatan bagi umat Islam untuk membersihkan hati, memperbanyak amal ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan memperbanyak puasa sunah di bulan Syaban, kita dapat mempersiapkan jiwa dan raga agar siap menyongsong bulan penuh berkah, Ramadan, dengan penuh kekhusyukan.
Komentar Anda