PORTAL BONTANG – gorengan, camilan favorit masyarakat Indonesia, ternyata menyimpan bahaya tersembunyi.
Kajian Badan Kesehatan Dunia (WHO) menemukan 8,5% produk pangan di Indonesia mengandung lemak trans lebih dari 2%, memicu kekhawatiran penyakit jantung dan stroke.
Dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia, hasil analisis 130 produk pangan oleh WHO menunjukkan kadar lemak trans tinggi pada biskuit, wafer, kue, dan roti (produksi lokal dan impor), jajanan kaki lima, dan baking fat dan shortening (bahan baku bakery).
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat, Berpegang Teguh pada Hukum Allah
Konsumsi lemak trans berlebihan meningkatkan risiko serangan jantung dan berkontribusi terhadap 500.000 kematian global per tahun akibat penyakit jantung koroner.
Prof. Didah Nur Faridah, ketua tim peneliti, menjelaskan bahwa tingginya konsumsi lemak trans meningkatkan rasio LDL (kolesterol jahat) dan HDL (kolesterol baik), memicu penyakit jantung koroner.
Peneliti SEAFAST Center IPB, Prof. Didah, dan Team Lead NCDs and Healthier Population WHO Indonesia, Lubna Bhatti, mendorong regulasi untuk menekan penggunaan lemak trans, terutama pada makanan anak-anak.
Baca Juga: Indonesia U-23 Tertinggal 0-1 dari Guinea di Babak Pertama Playoff Olimpiade Paris 2024
Lubna Bhatti menambahkan, “Hasil kajian ini diharapkan membantu Indonesia mengembangkan kebijakan untuk menciptakan lingkungan makanan yang lebih sehat.”
Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, mengakui perlunya regulasi dan edukasi terkait bahaya lemak trans.
Discussion about this post