Kebiasaan Boros: Ancaman Serius bagi Kesehatan Mental yang Sering Diabaikan

Ilustrasi boros.

Ilustrasi boros.

PORTAL BONTANG – Perilaku boros sering dianggap sekadar persoalan keuangan. Namun, kenyataannya, pengeluaran berlebihan berpengaruh besar pada kesehatan mental.

Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belanja impulsif dapat memperburuk gangguan seperti kecemasan, stres, hingga depresi.

Di era materialisme modern, dampak psikologis dari gaya hidup konsumtif atau tekanan sosial menjadi semakin nyata.

Baca Juga: Penurunan Biaya Haji 2025: Rincian, Perbandingan dengan Tahun Sebelumnya, dan Harapan Menag Tentang Obsesi Prabowo

Dampak Boros pada Keuangan dan Psikologis

Pengeluaran di luar batas kemampuan sering kali berujung pada utang.

ADVERTISEMENT

Psychology Today melaporkan bahwa individu berutang lebih rentan terhadap kecemasan akibat ketidakpastian finansial dan kekhawatiran melunasi utang.

Ketegangan mental ini dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan serius jika dibiarkan.

Baca Juga: Anak Shin Tae Yong Mengungkapkan Kekesalan Setelah Pemecatan Sang Ayah, Ungkap Firasat Sebelumnya

Selain itu, kebiasaan boros juga memengaruhi harga diri, terutama di budaya kapitalis di mana konsumerisme menjadi simbol status sosial.

Banyak orang merasa terpaksa mengikuti tren meski kondisi finansial tidak memungkinkan, yang kerap menciptakan masalah identitas.

Hubungan Antara Konsumerisme dan Kesehatan Mental

Baca Juga: Patrick Kluivert Resmi Latih Timnas Indonesia: Strategi Tajam dan Menyerang Jadi Andalan!

Menurut The Guardian, konsumsi yang didorong ekspektasi sosial menciptakan rasa tidak puas dan berisiko menimbulkan depresi.

Standar sosial yang tidak realistis sering kali menyebabkan perasaan diri tidak cukup baik, memperburuk kesehatan mental.

Selain itu, perilaku konsumtif dapat merusak hubungan interpersonal. Kebiasaan menyembunyikan pengeluaran dari pasangan atau keluarga memicu ketegangan dan rasa malu, yang bisa berujung pada isolasi sosial.

Riset dalam The Journal of Consumer Research menemukan bahwa belanja impulsif sering digunakan untuk meredakan stres, tetapi hanya memberikan kepuasan sementara dan memperburuk kondisi mental dalam jangka panjang.

Baca Juga: Lepas Shin Tae-yong, Erick Thohir Siapkan Pelatih Baru untuk Garuda: Misi 100 Besar FIFA dan Piala Dunia 2026

Lingkaran Setan Boros dan Kesehatan Mental

Masalah keuangan akibat kebiasaan boros memperburuk gangguan mental, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.

American Psychological Association mengungkap bahwa stres finansial adalah salah satu penyebab utama depresi pada orang dewasa.

Kesimpulan

Baca Juga: Kisah Haru Pemain Garuda Usai Kepergian Shin Tae-yong: Sosok Mentor, Panutan, dan Sejarah yang Tak Terlupakan

Kebiasaan boros tak hanya merusak keuangan, tetapi juga kesehatan mental. Kesadaran akan dampak psikologis belanja impulsif dan pengelolaan keuangan yang bijak sangat penting.

Langkah sederhana seperti hidup sesuai kemampuan, mengurangi pengeluaran tak perlu, dan mencari bantuan profesional dapat membantu menjaga kesejahteraan mental. ***

Exit mobile version