PORTAL BONTANG – Rabu, 11 September 2024, diperingati sebagai Hari Radio Nasional di Indonesia. Momen ini diharapkan dapat menjadi titik tolak bagi kebangkitan infrastruktur penyiaran di Tanah Air.
Walaupun dihadapkan dengan kemajuan teknologi digital, radio tetap bertahan dengan memanfaatkan internet sebagai media untuk berinteraksi dengan pendengarnya di Indonesia.
Tak hanya itu, kehadiran media sosial juga memungkinkan pendengar untuk tetap menikmati siaran radio melalui platform streaming.
Jadi, bagaimana radio mampu tetap bertahan di era digital yang menawarkan konten dalam berbagai bentuk, seperti teks, gambar, dan video? Berikut ulasan mengenai eksistensi radio di Indonesia.
Sejarah Penyiaran Radio di Indonesia
Dalam perjalanannya, penyiaran radio di Indonesia memiliki dua dimensi yang berbeda, terutama pada konten siarannya sejak pertama kali masuk pada tahun 1927.
Pertama, terdapat jaringan penyiaran radio milik Belanda yang berfokus pada budaya barat dan dikelola oleh bangsa Belanda.
Kedua, ada jaringan radio ketimuran yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia, dengan fokus pada pelestarian budaya tradisional lokal.
Pembentukan jaringan radio ketimuran ini menjadi fondasi bagi pembangunan infrastruktur penyiaran di Indonesia, termasuk teknologi penyiaran, manajemen, dan pengelolaan keuangan.
Selain itu, konten siaran pada masa itu juga memainkan peran penting dalam menyadarkan masyarakat mengenai perjuangan bangsa di era kolonial.
Radio dan Tantangan Perkembangan Teknologi
Pesatnya perkembangan teknologi telah mengubah perilaku pendengar radio di Indonesia. Kini, banyak masyarakat yang lebih memilih layanan streaming karena dinilai lebih fleksibel dan memenuhi kebutuhan audiens yang lebih beragam.
Layanan streaming menawarkan kemudahan akses melalui internet, sehingga pendengar memiliki lebih banyak pilihan konten yang bisa dinikmati kapan saja. Hal ini memaksa penyedia layanan radio untuk beradaptasi dengan platform digital agar tetap relevan di tengah persaingan.
Salah satu bentuk persaingan baru bagi radio adalah podcast, yang kini semakin populer di Indonesia.
Podcast: Tantangan Serius bagi Radio
Podcast merupakan konten audio yang dapat diunduh dan diputar kapan saja sesuai keinginan pendengar. Bentuk siarannya mirip dengan radio, namun dengan fleksibilitas yang lebih tinggi karena bisa diakses kapan saja.
Dengan kelebihan ini, tak heran jika podcast menjadi tren baru dalam dunia penyiaran dan hiburan di Indonesia. “Podcast telah memberikan peluang baru sekaligus mengubah cara audiens mengonsumsi konten audio,” ujar salah satu pakar media digital.
Perkembangan podcast di Indonesia juga didorong oleh banyaknya kategori yang tersedia, sesuai dengan preferensi pendengar lokal.
Apa yang Membedakan Radio dan Podcast?
Meskipun keduanya berfokus pada konten audio, terdapat sejumlah perbedaan mendasar antara radio dan podcast.
Baca Juga: Surat Keterangan 1.136 Ton Emas ke Budi Said Ternyata Palsu, Ini Faktanya
Pertama, radio disiarkan secara langsung dengan jadwal tetap, sementara podcast dapat diunduh dan diputar kapan saja oleh pendengar.
Kedua, podcast umumnya menyasar niche atau segmen pasar yang lebih spesifik, sementara radio sering kali menargetkan audiens yang lebih luas.
Ketiga, podcast lebih mudah diproduksi oleh individu atau kelompok kecil, sedangkan radio biasanya membutuhkan tim besar dan infrastruktur yang lebih kompleks.
Terakhir, format penyiaran antara keduanya juga berbeda. Radio memiliki komposisi acara yang bervariasi, seperti musik, berita, iklan, dan wawancara, serta sesi interaktif dengan pendengarnya. Sementara itu, podcast lebih terfokus pada durasi dan topik yang spesifik.
Model penyiaran khas radio, seperti identifikasi stasiun dan interaksi langsung dengan pendengar, jarang ditemukan di podcast. Di sisi lain, podcast menawarkan fleksibilitas dalam durasi dan topik, memungkinkan penyiar untuk lebih mendalami topik tertentu sesuai minat audiens.
***
Penulis: M Zulfikar A | Editor: M Zulfikar A
Komentar Anda