Ia menambahkan bahwa hal itu akan memberi kejutan kepada warga lokal karena mereka merasakan bahan makanan yang sudah dikenal, tetapi mendapat cita rasa baru setelah dipadukan dengan bumbu Indonesia.
Baca Juga: Uqaila Siswa SMA YPK Bontang Lolos Ikuti Seleksi Paskibraka Nasional
Ini merupakan kiat yang menurut Chef William harus dilakukan ketika tidak bisa selalu membawa bahan-bahan segar dari Indonesia. Ia dan tim harus menyesuaikan diri dan memasak dengan bahan-bahan setempat.
Ragil melakukan hal yang sama. “Mengenal dan mencari bahan-bahan lokal untuk digunakan dalam masakan, justru memberi semangat,” kata chef yang pernah ke Chile, Prancis, Amerika, Jerman, Swiss dan Ukraina untuk diplomasi kuliner.
“Ketika makanan Indonesia bisa dikombinasi dengan bahan-bahan yang ada di sana, orang-orang asli negara tersebut akan lebih appreciate bahwa makanan Indonesia itu tidak harus seratus persen menggunakan semua bahan dari Indonesia, tetapi bisa menggunakan sebagian bahan segar lokal. Kita tetap membawa satu bumbu utama, bumbu yang sudah dihaluskan dan sudah jadi, tetapi jika kita mau menyajikan protein atau karbohidrat (makanan pokok) itu bisa diganti di sana,” kata Chef Ragil.
Dalam sebuah acara promosi budaya di Baltimore belum lama ini, Chargé d’Affaires KBRI Sade Bimantara mengatakan bahwa Food diplomacy dapat membuka dan mempermudah usaha diplomasi selanjutnya.
Baca Juga: Baznas Tegaskan Komitmen Dukung Boikot Israel, Perketat Penerimaan Donasi Palestina
“Kalau yang paling mudah di lidah itu biasanya food gitu ya. Itu membukakan pintu juga untuk kerja sama atau diplomasi lainnya gitu. Jadi, sesuatu hal yang sifatnya soft gitu ya, yang gampang dicoba, gampang dibeli juga gitu ya oleh masyarakat Amerika,” tuturnya. ***
Discussion about this post