PORTAL BONTANG – Penyakit menular seksual (PMS) Sifilis dapat menular dari ibu ke janin melalui plasenta, menyebabkan sifilis bawaan yang berakibat fatal.
Untuk menekan risiko ini, The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) merekomendasikan peningkatan pemeriksaan sifilis selama kehamilan menjadi tiga kali.
Sebelumnya, pemeriksaan sifilis hanya dilakukan sekali pada trimester ketiga, terutama untuk wanita hamil di daerah dengan tingkat kasus sifilis tinggi.
Baca Juga: Cuka Apel untuk Turunkan Berat Badan: Fakta atau Mitos?
Namun, pedoman baru ACOG ini mendorong pemeriksaan pada tiga tahap, yakni kunjungan prenatal pertama, trimester ketiga, dan saat kelahiran
Dr. Christopher Zahn, pemimpin eksekutif interim ACOG, dilansir Portalbontang.com dari Antara menekankan pentingnya diagnosis dan pengobatan sifilis bawaan yang tepat waktu.
“Sifilis bawaan dapat menyebabkan keguguran, berat badan lahir rendah, dan masalah kesehatan serius seperti katarak, tuli, kejang, dan kerusakan jantung,” jelasnya.
Baca Juga: 6 Anggota PWI Bontang Wakili Kaltim di Pra Powarnas di Kalsel, Yakin Kembali Masuk 10 Besar Nasional
Pemeriksaan rutin selama kehamilan dapat membantu mendeteksi dan mengobati sifilis pada ibu, sehingga mencegah penularan ke janin.
“Sebagian besar kasus sifilis bawaan dapat dicegah, dan pemeriksaan rutin tambahan selama kehamilan adalah langkah penting untuk mencapainya,” kata Dr. Zahn.
Meskipun ACOG merekomendasikan peningkatan pemeriksaan sifilis selama kehamilan, masih terdapat beberapa tantangan dalam pencegahan sifilis bawaan, antara lain kurangnya kesadaran tentang sifilis dan risiko penularannya, kurangnya akses terhadap perawatan prenatal, dan stigma seputar infeksi menular seksual.
Baca Juga: Kanker Lidah: Gejala, Penyebab, Pencegahan, dan Pengobatan
“Dengan meningkatkan edukasi dan akses terhadap layanan kesehatan, diharapkan angka kejadian sifilis bawaan dapat ditekan dan kesehatan ibu dan bayi dapat terjaga,” pungkasnya. ***
Discussion about this post