PORTAL BONTANG – Sejarah Indonesia begitu kaya, apalagi di Kalimantan Timur. Peradaban di pulau ini dimulai dengan kehadiran Kerajaan Kutai yang tertua di Indonesia.
Berbagai jejak-jejak peradaban sejak masa kerajaan Hindu hingga kesultanan Islam terekam dan tampak dari berbagai peninggalannya di Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar).
Berikut cerita perjalanan redaksi Portalbontang.com menengok kejayaan Kutai di Museum Mularman.
Baca Juga: Menengok Buaya Pemakan Manusia di Museum Kayu Tuah Himba Tenggarong
Perjalanan ini melanjutkan cerita sebelumnya dari Museum Kayu Tuah Himba, Tenggarong.
Lokasinya dari Museum Kayu cukup dekat, hanya sekitar 7-10 menit menggunakan mobil.
Berbeda dengan Museum Kayu yang berada di tengah hutan, Museum Mulawarman berada di tepi Sungai Mahakam.
Baca Juga: Telah Buka Pelatihan Operator Scaffolding , Apa Kualifikasi Dibutuhkan?
Baru memasuki pintu gerbangnya, museum yang dikelola oleh Provinsi Kaltim ini tampak dipadati pengunjung dari berbagai daerah.
Untuk memasuki areal museum ini, pengunjung diminta membayar uang parkir mobil sebesar Rp5.000 dan Rp2.000 untuk motor.
Pengunjung juga masih harus membayar tiket masuk sebesar Rp5.000 untuk anak-anak/pelajar, Rp10.000 untuk dewasa, dan Rp15.000 untuk warga negara asing.
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat: Menjemput Keberkahan Lewat Puasa Syawal
Memasuki pintu masuk Museum Mulawarman, pengunjung langsung disuguhkan dengan sepasang kursi kesultanan.
Kursi ini berwarna kuning emas yang diperuntukkan bagi Sultan dan istrinya.
Beberapa artefak lain dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura ini pun juga tampak di ruangan tersebut.
Baca Juga: Niat Puasa Senin Kamis Digabung dengan Puasa Syawal? Raih Pahala yang Berlipat Ganda
Berlanjut ke lorong sebelah kiri gedung, juga tampak koleksi alat-alat musik seperti gamelan, gong, dan lain-lain.
Ruangan selanjutnya yang dikunjungi adalah tempat prasasti. Salah satu prasasti terkenal, yakni Prasasti Yupa juga dipamerkan.
Tentu prasasti yang berada di museum ini bukanlah yang asli, namun hanya tiruannya.
Baca Juga: Puasa Syawal 6 Hari: Wajib atau Sunnah untuk Ganti Puasa Ramadhan?
Ruangan selanjutnya tak kalah menarik, yakni diorama suasana kehidupan masyarakat di masa kerajaan.
Ruangan lainnya tak kalah menarik, yakni pameran berbagai koleksi mata uang kuno yang pernah digunakan di Indonesia.
Setelah sekira 30 menit berkeliling, kunjungan di Museum Mulawarman pun diakhiri. ***
Komentar Anda