Proyek-proyek ini mencakup pengembangan kawasan industri terpadu serta penguatan program hilirisasi mineral yang menjadi andalan Indonesia.
Pengembangan industri baterai kendaraan listrik (EV) menjadi salah satu sorotan utama, mengingat Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, salah satu komponen kunci baterai EV.
Kerja sama dengan Tiongkok, yang merupakan pemain utama dalam industri EV global, diharapkan dapat mengakselerasi ambisi Indonesia menjadi hub produksi baterai dan kendaraan listrik di Asia Tenggara.
Selain itu, sektor transportasi, khususnya pengembangan infrastruktur dan penyediaan sarana seperti gerbong kereta api, juga menjadi agenda penting.
Rosan menekankan bahwa model kerja sama dalam proyek-proyek ini akan melibatkan berbagai pihak.
“Proyek-proyek tersebut merupakan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan mitra internasional,” jelasnya.
Pendekatan kolaboratif ini diharapkan dapat mengoptimalkan sumber daya dan keahlian dari masing-masing pihak.
Pemerintah Indonesia, menurut Rosan, menunjukkan komitmen kuat untuk terus memperluas dan memperdalam kerja sama ekonomi dengan Tiongkok.
Langkah ini dipandang sebagai bagian integral dari strategi besar untuk memperkuat struktur industri nasional dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di kancah global.
Tiongkok sendiri, berdasarkan data BKPM hingga kuartal I 2025, konsisten menjadi salah satu negara dengan realisasi investasi terbesar di Indonesia, menunjukkan kepercayaan investor Tiongkok terhadap iklim investasi di Tanah Air.
Komentar Anda