Portalbontang.com, Bontang – Tema Khutbah Jumat hari ini, 23 Mei 2025 yaitu Memaknai Hakikat QURBAN, Bukan Sekadar Ritual.
Tema ini diadaptasi dari khutbah Jumat yang ditulis oleh Dr. Junaidi, M.Si dari Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Medan yang berjudul Ritual Qurban vs Qurban Ritual.
Tema ini pas dibawakan menjelang hari raya Qurban yang sebentar lagi akan tiba di 6 Juni 2025 mendatang.
Baca Juga: Setelah 7 Tahun Menanti, Korban Meikarta Mulai Terima Ganti Rugi, Ini Langkah Tegas Menteri PKP
Berikut khutbah Jumat selengkapnya.
Khutbah Pertama
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan amal perbuatan kita. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tak seorang pun dapat menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka tak seorang pun dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Tidak lama lagi, kita akan menyambut Hari Raya Idul Adha, hari di mana umat Islam yang mampu dianjurkan untuk melaksanakan ibadah qurban. Qurban adalah salah satu syiar Islam yang agung, meneladani ketaatan Nabi Ibrahim AS dan keikhlasan Nabi Ismail AS. Namun, penting bagi kita untuk merenungkan lebih dalam: apakah qurban yang kita lakukan selama ini sudah menyentuh esensi dan hakikatnya, ataukah hanya sebatas pelaksanaan ritual semata?
Judul khutbah kita kali ini adalah “Ritual Qurban vs Qurban Ritual”. Ini mengajak kita untuk membedakan antara ibadah qurban yang benar-benar didasari pemahaman, keikhlasan, dan berdampak sosial, dengan qurban yang mungkin hanya dilakukan sebagai rutinitas tahunan tanpa penghayatan yang mendalam.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 37:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”
Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah daging atau darah hewan qurban, melainkan nilai ketakwaan yang melandasi ibadah tersebut. Ketakwaan inilah yang menjadi ruh dan esensi dari qurban.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Memahami Hakikat Qurban:
- Bukti Ketaatan dan Keimanan: Qurban adalah manifestasi ketaatan total seorang hamba kepada perintah Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Ini adalah wujud penyerahan diri dan keimanan yang kokoh.
- Meneladani Keluarga Ibrahim AS: Ibadah qurban mengingatkan kita pada kisah monumental pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, serta kesabaran Siti Hajar. Kisah ini sarat dengan pelajaran tentang keikhlasan, kepatuhan, dan keyakinan akan janji Allah.
- Mendekatkan Diri kepada Allah (Taqarrub): Kata “qurban” berasal dari kata “qaruba” yang berarti dekat. Dengan berqurban, kita berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengharap ridha dan kasih sayang-Nya.
- Dimensi Sosial dan Kemanusiaan: Qurban memiliki dampak sosial yang luar biasa. Pembagian daging qurban kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan adalah wujud kepedulian, solidaritas, dan upaya pemerataan nikmat Allah. Ini adalah “qurban ritual” yang bermakna, bukan sekadar “ritual qurban” yang formalitas.
- Membersihkan Harta dan Jiwa: Sebagian ulama memandang qurban juga sebagai sarana untuk membersihkan harta dan mensucikan jiwa dari sifat kikir dan cinta dunia yang berlebihan.
Menghindari “Qurban Ritual” yang Kosong Makna:
Sayangnya, terkadang pelaksanaan qurban terjebak dalam rutinitas atau formalitas semata, sehingga kehilangan substansinya. “Qurban ritual” yang hanya fokus pada aspek teknis penyembelihan dan pembagian, tanpa disertai penghayatan akan nilai-nilai di atas, menjadi kurang bermakna.
Beberapa hal yang perlu kita waspadai agar qurban kita tidak menjadi sekadar ritual:
- Niat yang Tidak Ikhlas: Berqurban karena riya’, ingin dipuji, atau sekadar gengsi sosial akan menghilangkan pahala ibadah.
- Mengabaikan Kualitas Hewan Qurban: Memilih hewan yang tidak memenuhi syarat (cacat, kurus, belum cukup umur) menunjukkan kurangnya kesungguhan dalam beribadah.
- Distribusi yang Tidak Tepat Sasaran: Pembagian daging qurban yang tidak memprioritaskan fakir miskin dan mereka yang benar-benar membutuhkan, mengurangi nilai sosial dari ibadah ini.
- Kurangnya Pemahaman dan Tadabbur: Melaksanakan qurban tanpa memahami makna dan hikmah di baliknya, menjadikannya sekadar tradisi tanpa ruh.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Marilah kita jadikan momentum Idul Adha mendatang sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas ibadah qurban kita. Hendaknya qurban yang kita lakukan benar-benar lahir dari ketakwaan, keikhlasan, serta diiringi dengan pemahaman yang benar akan hakikat dan tujuannya. Semoga qurban kita menjadi “qurban ritual” yang sarat makna dan diterima di sisi Allah SWT, bukan sekadar “ritual qurban” yang berlalu begitu saja.
Barakallahu li walakum fil qur’anil ‘adzim, wanafa’ani waiyyakum bima fihi minal ayati wadzdzikril hakim, wa taqabbal minni waminkum tilawatahu innahu huwassammi’ul ‘alim.
Baca Juga: Kuota Rumah Subsidi FLPP 2025 Diperbanyak Jadi 350.000 Unit, Penyaluran Q1 Pecah Rekor
Khutbah Kedua
Alhamdulillah, Alhamdulillahilladzi hadana lihadza wama kunna linahtadiya laula an hadanallah. Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warasuluh, alladzi la nabiya ba’dah. Allahumma shalli wasallim wabarik ‘ala sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
Amma ba’du. Faya ayyuhal muslimun, ittaqullaha haqqa tuqatih wala tamutunna illa waantum muslimun.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Pada khutbah kedua ini, marilah kita perteguh kembali niat dan komitmen kita untuk melaksanakan ibadah qurban dengan sebaik-baiknya, dilandasi oleh ketakwaan dan keikhlasan, serta mengedepankan kemaslahatan umat.
Ingatlah bahwa setiap ibadah dalam Islam memiliki dua dimensi: dimensi vertikal (hubungan dengan Allah) dan dimensi horizontal (hubungan dengan sesama manusia). Qurban adalah salah satu ibadah yang sangat kental dengan kedua dimensi ini. Dengan berqurban, kita mendekatkan diri kepada Allah, sekaligus menebarkan kasih sayang dan kepedulian kepada sesama, terutama kepada mereka yang kurang beruntung.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam secara kaffah, termasuk dalam pelaksanaan ibadah qurban. Semoga kita terhindar dari perbuatan riya’ dan amalan yang sia-sia.
Marilah kita berdoa kepada Allah SWT:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاءِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلَامَ وَالْأَمْنَ لِعِبَادِكَ أَجْمَعِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ibadallah,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
***
Discussion about this post