“Kalau itu sampai enam bulan, nanti kurikulum pendidikannya bagaimana? Ini yang jadi pertanyaan besar,” tambahnya.
Di tengah perubahan zaman dan dunia pendidikan yang menekankan pendekatan holistik dan partisipatif, kebijakan seperti ini dinilai sebagian pihak terlalu menekankan aspek disiplin tanpa menjelaskan arah pembinaan dan tolok ukur keberhasilannya.
Sebagai informasi, model pembinaan siswa melalui lembaga militer sebenarnya bukan hal baru.
Beberapa negara seperti Korea Selatan pernah menjalankan program serupa dalam waktu terbatas, namun tetap berada dalam koridor sistem pendidikan nasional yang terukur dan transparan.
Baca Juga: Prabowo Lepas Baju di Panggung May Day 2025, Serukan Selamatkan Kekayaan Rakyat untuk Buruh
Untuk konteks Indonesia, publik berharap kebijakan seperti ini tidak hanya responsif terhadap kenakalan siswa semata, melainkan juga adaptif terhadap pendekatan pendidikan modern yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajar. ***
***
Penulis: M Zulfikar A | Editor: M Zulfikar A
Komentar Anda