Portalbontang.com, Jakarta – Isu harga gabah murah yang dikeluhkan petani di Kalimantan Selatan kini memicu perhatian publik dan pemerintah pusat.
Petani mengaku kesulitan menjual hasil panennya ke Badan Urusan Logistik (BULOG), bahkan dengan harga jauh di bawah standar yang ditetapkan pemerintah.
Diketahui, para petani hanya bisa menjual gabahnya seharga Rp5.000 per kilogram. Angka ini terpaut cukup jauh dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram.
Baca Juga: Paus Fransiskus Wafat, Dunia Berduka: Pernah Puji Keluarga Indonesia karena Masih Punya Banyak Anak
Kondisi ini turut disorot oleh Khudori, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), dalam sebuah forum diskusi bersama Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman.
Dalam program Q&A Metro TV pada Senin, 21 April 2025, Khudori mempertanyakan peran Amran dalam persoalan distribusi gabah ke BULOG.
“Tanggal 18 Maret 2025 kemarin, Bapak (Amran) ke Tanah Laut, ke Kalimantan Selatan?” tanya Khudori.
“Dan menemukan ada keluhan dari petani yang kesulitan untuk berhubungan dengan BULOG untuk menjual gabahnya.”
Baca Juga: Paus Fransiskus Tutup Usia di 88 Tahun, Dunia Berduka: “Beliau Kembali ke Rumah Bapa”
Ia juga mengkritisi keterlibatan Menteri Pertanian dalam urusan BULOG yang notabene berada di luar kewenangannya.
“BULOG itu bukan otoritasnya Menteri Pertanian, begitu juga urusan pasar. Bisa dijelaskan?” ujar Khudori.
Menanggapi hal itu, Menteri Amran menjelaskan bahwa dirinya bertindak sesuai dengan arahan langsung dari Presiden RI, Prabowo Subianto, untuk bekerja secara kolaboratif lintas kementerian.
Baca Juga: Program ‘Gratispol’ Resmi Diluncurkan Pemprov Kaltim, Wali Kota Bontang Beri Dukungan Penuh
“Visi presiden kita (Prabowo) adalah kolaborasi. Sukses tidak bisa dicapai sendirian, semua harus terlibat,” jelas Amran.
Amran juga menyinggung soal tingginya produksi dan stok beras nasional, yang menurutnya bisa membuka celah bagi praktik mafia pangan.
“Beras produksi tinggi, naik 52 persen. Itu bukan kata saya, tapi data dari BPS. Stok hari ini mencapai 2,2 juta ton, mungkin tertinggi sepanjang sejarah,” ujarnya.
Namun, kondisi melimpah ini justru disebutnya kerap dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Baca Juga: Momen Hari Kartini, Srikandi Setda Bontang Pimpin Apel Pagi Berkebaya
“Saat produksi rendah, harga naik. Stok kurang, harga naik. Semoga celah ini tidak dimanfaatkan mafia lagi,” tegasnya.
Kementerian Pertanian dan BULOG saat ini sedang berada di bawah sorotan publik. Harga gabah yang tidak stabil membuat para petani semakin terhimpit.
Sementara itu, pemerintah telah mengalokasikan anggaran cadangan pangan hingga Rp10 triliun pada 2025 sebagai upaya menjaga stabilitas harga beras dan pangan strategis lainnya.
Di sisi lain, Direktur Utama BULOG, Bayu Krisnamurthi, menyatakan bahwa pihaknya terus membuka ruang serapan gabah petani namun dengan mekanisme dan kualitas yang sesuai standar. Sayangnya, di lapangan, kendala teknis dan distribusi masih kerap menjadi hambatan. ***
Komentar Anda