Portalbontang.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi risiko tsunami di sekitar Bandara Internasional Yogyakarta Baru (NYIA), Kulonprogo, Yogyakarta, terutama pada puncak musim mudik Lebaran 2025.
Peringatan ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, 11 Maret 2025.
“Titik risiko yang perlu diwaspadai salah satunya adalah jalan lintas bawah selatan Bandara Yogyakarta di Kulonprogo. Lintas bawah di situ merupakan zona rawan tsunami,” ungkap Dwikorita, Sabtu, 15 Maret 2025.
Baca Juga: DPR dan Pemerintah Rapat UU TNI di Hotel Mewah, Publik Geram: Efisiensi Anggaran Hanya Omong Kosong
BMKG memberikan sejumlah rekomendasi mitigasi untuk mengurangi risiko jika terjadi tsunami di area tersebut, khususnya dalam menghadapi lonjakan pemudik yang diprediksi meningkat tajam pada Lebaran tahun ini.
Dwikorita menyarankan pemerintah menerapkan skema buka-tutup lalu lintas di ruas jalan masuk ke lintas bawah tersebut.
Langkah ini bertujuan mengurangi kepadatan kendaraan di dalam terowongan jika terjadi situasi darurat.
“Skema buka-tutup itu pada ruas masuk ke jalan lintas bawah yang berupa terowongan, sekaligus menyosialisasikannya sejak dini kepada masyarakat,” jelasnya.
Baca Juga: Google Gemini 2.0 Terbaru Meluncur! Fitur ‘Deep Research’ Gratis di Android dan iOS
Ia juga menekankan pentingnya memastikan sistem buka-tutup tersebut berfungsi lancar tanpa hambatan.
“Mohon dipastikan dari Kementerian PUPR karena gerbang buka-tutup itu jangan sampai macet, karena kalau macet tidak bisa buka atau tidak bisa tutup. Nanti mobil-mobil akan terjebak di dalam terowongan itu saat evakuasi tsunami,” tegasnya.
Peringatan BMKG ini semakin relevan mengingat perkiraan lonjakan pemudik yang signifikan pada tahun ini.
Baca Juga: Sofie Imam, Pelatih Lokal yang Lolos Standar Tinggi Kluivert, Perkuat Timnas Indonesia
Data Kementerian Perhubungan menunjukkan, jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan mencapai 146,48 juta orang, atau 52 persen dari total populasi Indonesia.
Pulau Jawa diprediksi menjadi daerah dengan pergerakan pemudik terbanyak, dengan puncak arus mudik pada 28 Maret 2025 dan puncak arus balik pada 6 April 2025.
“Jadi, mohon Kementerian PUPR, Polri, buka tutup jangan sampai macet, nanti mobil justru akan terjebak saat evakuasi bila terjadi tsunami,” kata Dwikorita.
BMKG memastikan kesiapan dalam memberikan informasi peringatan dini terkait tsunami, gempa bumi, dan cuaca ekstrem dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada.
Kepala Stasiun Geofisika Sleman, Ardhianto Septiadhi, menjelaskan bahwa meskipun ada potensi tsunami, masyarakat tidak perlu panik, tetapi perlu meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi risiko.
“Kita tidak perlu panik. Kita tidak perlu takut. Tapi kita paham mitigasi terhadap tsunami,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berada di zona subduksi, tempat pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia, yang membentuk zona megathrust dan berpotensi memicu gempa bumi besar.
Kulonprogo bagian selatan termasuk dalam zona merah tsunami karena lokasinya dekat Samudra Hindia dan terdampak aktivitas zona subduksi.
Berdasarkan pemetaan Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen), skenario terburuk gempa bumi dapat mencapai magnitudo 8,7 dan berpotensi menimbulkan tsunami di wilayah selatan, termasuk Kulonprogo.
“Dari sejarahnya, tsunami pernah terjadi di wilayah ini pada tahun 1840 dan menyebabkan korban jiwa. Oleh karena itu, kita harus belajar dari sejarah,” katanya.
Masyarakat diimbau memahami langkah-langkah mitigasi dan tidak mudah panik.
Baca Juga: Prabowo Buka Suara, Solusi Pengangkatan CPNS dan PPPK 2024 Segera Hadir
“Waktu emas kita kurang lebih hanya 10 menit setelah gempa terjadi. Jadi, kita harus siap, bukan takut,” tegasnya.
Sebagai tambahan informasi, wilayah selatan Yogyakarta memang memiliki sejarah terkait dengan gempa bumi dan tsunami.
Pada tahun 2006, gempa bumi besar mengguncang wilayah ini dan menimbulkan kerusakan yang sangat besar.
Lokasi yang dekat dengan pertemuan lempeng bumi membuat wilayah ini menjadi rentan. ***
***
Penulis: M Zulfikar A | Editor: M Zulfikar A
Komentar Anda