Kabar pailitnya Sritex, perusahaan yang pernah menjadi kebanggaan bangsa, tentu mengejutkan banyak pihak.
Bagaimana tidak, Sritex telah berdiri kokoh selama puluhan tahun dan sempat menyandang predikat sebagai produsen tekstil terbesar di Asia Tenggara.
Kilas Balik Kejayaan Sritex: Dari Pasar Klewer Mendunia
Mari kita menoleh ke belakang, menelusuri jejak perjalanan bisnis Sritex, dari masa-masa kejayaan hingga akhirnya harus gulung tikar:
Awal Mula di Pasar Tradisional Solo
Mengutip situs resmi perusahaan, Sritex mengawali perjalanannya pada tahun 1966. Pendirinya, HM Lukminto, memulai bisnisnya sebagai pedagang tekstil tradisional di Pasar Klewer, Solo.
Baru pada tahun 1968, Sritex membuka pabrik cetak pertamanya di Solo, memproduksi kain putih dan berwarna.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1978, Sritex resmi terdaftar sebagai perseroan terbatas di Kementerian Perdagangan.
Ekspansi terus dilakukan, hingga pada tahun 1982, Sritex mendirikan pabrik tenun pertamanya.
Baca Juga: Mahfud MD: Kejagung Berani Usut Korupsi Pertamina Rp 1 Kuadriliun karena ‘Direstui’ Presiden
Puncak integrasi terjadi pada tahun 1992, ketika pusat produksi Sritex telah memiliki empat lini utama (pemintalan, penenunan, penyempurnaan, dan garmen) dalam satu kompleks pabrik.
Merambah Pasar Global, Seragam NATO Jadi Bukti Kualitas
Nama Sritex semakin dikenal di kancah internasional ketika dipercaya menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman.
Baca Juga: Gelombang PHK Sritex: Ribuan Pekerja Sukoharjo Dirumahkan, Ancaman Resesi Industri Tekstil Nasional Mengintai?
Komentar Anda