PORTAL BONTANG – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dengan memanfaatkan potensi pangan lokal di berbagai daerah.
Menu yang disajikan dalam program ini sangat fleksibel dan tidak bersifat seragam secara nasional.
Salah satu contohnya adalah penggunaan singkong dan belalang sebagai alternatif pangan di wilayah tertentu.
Baca Juga: Kafilah MTQ Kaltim Raih Juara Umum MTQ Nasional 2024, Akmal Malik Siapkan Beasiswa Khusus
Menu MBG Berbasis Potensi Lokal
Menurut Dadan, menu yang disediakan dalam program MBG dapat disesuaikan dengan sumber daya alam serta kebiasaan makan masyarakat setempat.
Dalam acara Rapimnas Pira Gerindra yang berlangsung di Jakarta pada Senin, 27 Januari 2025.
Ia menjelaskan pentingnya fleksibilitas menu dalam program ini.
Baca Juga: Update iOS 18.3 Kini Hadir, Apa Saja yang Baru?
“Di daerah tertentu, mungkin serangga seperti belalang atau ulat sagu bisa menjadi bagian dari sumber protein,” ujar Dadan.
BGN tidak menetapkan menu nasional yang seragam untuk program MBG.
Sebaliknya, pemerintah hanya menentukan standar komposisi gizi yang harus dipenuhi oleh setiap menu.
Dengan demikian, setiap daerah memiliki kebebasan untuk mengatur menu berdasarkan potensi dan kebiasaan lokal.
Keragaman Sumber Protein dan Karbohidrat
Dadan mencontohkan, daerah yang memiliki banyak telur dapat menjadikan telur sebagai komponen utama menu MBG.
Begitu pula dengan daerah yang memiliki potensi protein lain, seperti ikan atau belalang.
“Isi protein di berbagai daerah sangat tergantung pada potensi sumber daya lokal dan preferensi masyarakat. Jadi, menu MBG tidak kaku, melainkan fleksibel sesuai kebutuhan lokal,” tegas Dadan.
Hal yang sama juga berlaku untuk sumber karbohidrat. Sebagai contoh, masyarakat di Halmahera Barat lebih sering mengonsumsi singkong dan pisang rebus sebagai pengganti nasi. Keragaman pangan lokal ini dinilai sangat penting untuk diakomodasi dalam program makan bergizi.
Baca Juga: Squid Game 3 Jadi Final Series, Sutradara Ungkap Terbuka dengan Ide Spin-off
“Kalau orang sudah terbiasa makan jagung, ya karbohidratnya jagung. Kalau terbiasa makan nasi, maka nasi yang menjadi pilihannya. Namun, di wilayah yang karbohidrat utamanya singkong, singkonglah yang diberikan,” jelas Dadan.
Belalang dan Serangga Sebagai Alternatif Protein
Salah satu inovasi yang diusulkan BGN adalah penggunaan serangga, seperti belalang, sebagai alternatif sumber protein.
Menurut Dadan, serangga memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan bisa menjadi pilihan bagi daerah yang memang terbiasa mengonsumsinya.
Hal ini sejalan dengan prinsip BGN yang mengutamakan keberagaman pangan lokal.
“Keragaman pangan ini harus diakomodasi dalam program makan bergizi gratis. Tujuannya adalah memastikan standar gizi terpenuhi, bukan memaksakan satu jenis menu untuk seluruh Indonesia,” lanjutnya.
Fokus pada Standar Gizi, Bukan Menu Nasional
Dadan menegaskan bahwa BGN hanya menetapkan standar komposisi gizi, bukan standar menu nasional.
Oleh karena itu, setiap wilayah bebas menentukan menu sesuai kebutuhan dan sumber daya lokal.
“Jangan diartikan lain ya. Badan Gizi Nasional tidak menetapkan standar menu nasional, tetapi menetapkan standar komposisi gizi,” jelasnya.
Melalui pendekatan ini, program MBG diharapkan dapat mendukung kebutuhan gizi masyarakat Indonesia secara lebih efektif.
Dengan memanfaatkan potensi lokal, masyarakat tidak hanya mendapatkan asupan gizi yang sesuai, tetapi juga merasa nyaman dengan menu yang sudah akrab di lidah mereka. ***
Komentar Anda