PORTAL BONTANG – Steve Witkoff, utusan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk Timur Tengah, mengungkapkan rencana potensial pemindahan sementara sebagian warga Gaza ke Indonesia, Minggu (19/1/2025).
Melansir Times of Israel, relokasi ini menjadi bagian dari inisiatif untuk mendukung proses pembangunan kembali Gaza yang hancur akibat konflik.
Witkoff menyebut relokasi sebagai upaya memperkuat gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Baca Juga: 3 Fakta Menarik Alex Pastoor, Asisten Kluivert dan Juru Taktik Baru Timnas Indonesia
“Anda harus melihatnya, Anda harus merasakannya,” kata Witkoff di AS, menegaskan pentingnya memahami situasi langsung di Gaza.
Dia juga mengindikasikan akan hadir di sana untuk memastikan kelancaran pertukaran sandera dan tahanan yang sedang berlangsung.
Keprihatinan atas Konflik Israel-Hamas
Witkoff mengaku prihatin dengan konflik yang berlarut-larut di Gaza, terutama karena dapat menghambat pembebasan sandera.
Baca Juga: Usai Viral Merusak Fasilitas Umum, Kemkomdigi Desak Aplikasi Jagat Revisi Fitur Berburu Koin
Dia menyoroti peran ekstremis dari kedua pihak yang memperumit proses.
“Ingat, ada banyak orang, radikal, fanatik, tidak hanya dari pihak Hamas, tapi juga dari sayap kanan pihak Israel,” tegasnya.
Witkoff menekankan bahwa bantuan internasional harus diarahkan untuk menciptakan harapan bagi warga Gaza, guna mencegah pemberontakan di masa depan.
Baca Juga: Pemprov Kaltim Alokasikan Rp 120 Miliar untuk Peningkatan Jalan di Mahakam Ulu
Pertimbangan Relokasi ke Indonesia
Selain fokus pada pembangunan kembali Gaza, Witkoff mengungkapkan diskusi tentang kemungkinan merelokasi sebagian pengungsi Gaza ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
“Indonesia, misalnya, merupakan salah satu lokasi yang sedang didiskusikan untuk menampung sebagian dari mereka,” ujar Witkoff.
Dia juga menyoroti perlunya langkah-langkah besar untuk mencegah konflik yang lebih buruk setelah gencatan senjata tiga tahap yang rapuh ini.
Kecaman Dunia terhadap Israel
Tindakan militer Israel di Gaza telah menuai kecaman global, dengan beberapa pihak menyebutnya sebagai pembalasan yang tidak proporsional.
Witkoff mengatakan gencatan senjata yang dimulai 19 Januari 2025 menjadi peluang untuk merancang solusi jangka panjang.
“Jika kita tidak membantu warga Gaza, jika kita tidak membuat hidup mereka lebih baik, jika kita tidak memberi mereka harapan, akan ada pemberontakan,” pungkasnya. ***
Komentar Anda