Rincian layanan bandara yang disebutkan oleh Wamildan seperti biaya lepas landas, pendaratan, sewa ruangan, sewa ruangan bandara, bea masuk suku cadang, dan parkir pesawat yang semuanya dibayar oleh pihak maskapai.
Biaya yang dikeluarkan itu sebagian besar juga dikenakan pajak.
Baca Juga: Viral Siswa Tidur Siang di Sekolah, Mendikdasmen Ungkap Itu Kebijakan Sekolah: Itu Bagus
“Ada biaya terkait layanan di bandara, lalu ada take off landing fee yang harus kami bayar dan itu belum termasuk pajak,” ungkap Wamildan.
“Jadi semua transaksi yang kami lakukan terkait avtur dan pembayaran jasa pelayanan bandara termasuk sewa ruangan kami di bandara terikat dengan pajak,” ucapnya.
“Belum kami sampaikan ada bea masuk dari suku cadang yang masuk ke Indonesia, itu juga kena pajak,” imbuhnya.
Garuda Memiliki Margin Tipis karena Pesawat Full Service
Baca Juga: Mantan Bos Korporasi Bandara Korea Selatan Ditemukan Tewas Pasca Tragedi Kecelakaan Jeju Air
Dalam momen itu, Wamildan juga membongkar jika Garuda memiliki margin tipis karena maskapai tersebut memilih untuk full service.
Ini berarti bahwa Garuda harus memberikan layanan makanan ringan hingga makanan berat kepada penumpang.
Wamildan kemudian membandingkan dengan Citilink yang merupakan pesawat Low Cost Carrier atau LCC di mana pesawat ini memberikan tarif rendah dengan menghapus beberapa layanan penumpang.
Baca Juga: Kata Alex Pastoor saat Tahu Bakal Latih Tim Garuda: Kami Seperti Anak-anak yang Kegirangan
“Kami (Garuda) maskapai full service, dapat kami sampaikan revenue to cost, cost to revenue itu sangat tipis jadi 94 persen,” kata Wamildan.
“Tapi kalau LCC yang kami lihat di Citilink bisa 84 persen jadi marginnya masih besar,” tambahnya.
***
Komentar Anda