PORTAL BONTANG – Presiden RI, Prabowo Subianto, berencana mendirikan sekolah rakyat yang ditujukan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PMK), Muhaimin Iskandar, atau akrab disapa Cak Imin, menjelaskan bahwa program ini akan berada di bawah naungan Kementerian Sosial.
“Presiden ingin membangun sekolah khusus bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu, dengan pendekatan pembinaan langsung oleh orang tua di dalam sekolah rakyat,” ujar Cak Imin di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (3/1/2025).
Baca Juga: Arti dan Makna Logo HUT ke-68 Kaltim, Unduh Filenya di Sini
Ia menambahkan, program ini sedang dalam tahap uji coba di tiga lokasi di Jabodetabek.
“Baru tiga titik dulu, di wilayah Jabodetabek,” jelasnya.
Sekolah rakyat ini akan memprioritaskan siswa dari keluarga miskin ekstrem dan berbentuk sekolah asrama (boarding school), yang memastikan kebutuhan gizi anak-anak terpenuhi.
“Sekolah asrama menjadi prioritas utama agar kebutuhan gizi mereka dapat terjamin,” tegas Cak Imin.
Baca Juga: HMPV Merebak di China, Kemenkes Imbau Waspada: Apakah Akan Menjadi Pandemi Seperti Covid-19?
Pemerintah menegaskan bahwa uji coba sekolah rakyat ini tidak akan dipungut biaya.
Transformasi Pendidikan di Indonesia
Kini, pendidikan telah menjadi hak bagi seluruh masyarakat, berbeda dengan masa penjajahan Belanda dan Jepang ketika akses pendidikan terbatas hanya untuk kaum elit dan bangsawan.
Baca Juga: Kasus Pelecehan Turis di Bali Disorot, Badan Imigrasi Ungkap Modus Layanan Prostitusi oleh WNA
Pada masa penjajahan, pendidikan dasar dikenal sebagai Sekolah Dasar (SD) dengan format Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Europeesche Lagere School (ELS).
Masa pendidikan di SD saat itu berlangsung tujuh tahun, berbeda dengan sekarang yang hanya enam tahun.
Setelah kemerdekaan, nama Sekolah Rakyat resmi menjadi Sekolah Dasar (SD) pada 13 Maret 1946.
Jenjang Pendidikan Menengah
Baca Juga: 2 Kasus Pelecehan Turis Mancanegara di Indonesia, Dilecehkan dan DIrudapaksa Lalu Dirampok
Pada masa kolonial, sekolah menengah pertama (SMP) dikenal dengan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Pasca kemerdekaan, jenjang ini berganti nama menjadi SMP pada 13 Maret 1946. Setelah melalui beberapa perubahan nama, akhirnya tetap disebut SMP sejak 2003.
Di tingkat sekolah menengah atas (SMA), masa kolonial memiliki HBS dan Algemeene Middelbare School (AMS).
HBS adalah gabungan jenjang SMP dan SMA, sedangkan AMS berlangsung selama tiga tahun.
Baca Juga: PPN 12 Persen Dibatalkan, STNK Diperbarui dengan Dua Kolom Baru per Hari Ini, Apa Dampaknya?
Nama SMA baru resmi digunakan pada tahun 1950, terdiri atas tiga jurusan: Bahasa, Ilmu Pasti dan Alam, serta Ilmu Sosial. ***
Komentar Anda