Arah Timur dan Barat: Filosofi Rumah Limas
Rumah Limas, rumah tradisional Sumatera Selatan, memiliki ciri khas berupa atap berbentuk limas. Rumah ini biasanya dibangun di atas tiang-tiang kayu ulin atau unglen, dan memiliki luas mencapai 400 hingga 1000 meter persegi.
Uniknya, Rumah Limas selalu dibangun menghadap ke arah timur dan barat, sesuai dengan filosofi masyarakat setempat yang menghormati arah matahari terbit dan tenggelam.
Setiap tingkatan dalam rumah ini juga memiliki makna tersendiri, terkait dengan nilai-nilai budaya masyarakat Sumsel berdasarkan usia, gender, serta status sosial.
Baca Juga: Potret Ironi Ketahanan Pangan Papua Selatan: Lahan Subur, Produktivitas Minim
Pagar Tenggalung: Teras Terbuka untuk Tamu
Tingkat pertama Rumah Limas dikenal sebagai Pagar Tenggalung, sebuah teras yang luas dan terbuka tanpa sekat, yang digunakan untuk menyambut tamu.
Ruangan ini dirancang untuk menciptakan suasana santai bagi para tamu yang datang.
Baca Juga: Satu Dekade Transportasi Era Jokowi: Solusi untuk Rakyat atau Tantangan yang Tak Kunjung Usai?
Jogan: Ruang Pria di Tingkat Kedua
Tingkat kedua Rumah Limas disebut Jogan, yang diperuntukkan bagi laki-laki dalam keluarga.
Ruang ini digunakan untuk aktivitas yang memerlukan privasi lebih, sejalan dengan nilai kehormatan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Palembang.
Kekijing: Tingkat Tiga dengan Ciri Khas
Kekijing, atau tingkat ketiga, memiliki ruang yang dibatasi sekat, dan biasanya digunakan untuk acara-acara khusus atau untuk tamu yang lebih tua.
Ciri khasnya adalah privasi yang lebih tinggi dibandingkan tingkatan sebelumnya.
Gegajah: Tingkat Tertinggi untuk Tokoh Penting
Komentar Anda