Padahal, hal tersebut berbanding terbalik dari citra Prabowo sebelumnya yang tegas dan berwibawa.
Ada pula partai Golongan Karya (Golkar) yang memakai teknologi deepfake untuk membangunkan mendiang Presiden Soeharto yang menyerukan publik untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum di Indonesia.
Diketahui, bahwa strategi tersebut diambil untuk menunjukkan kejayaan Orde Baru dan diharapkan dapat menaikkan elektabilitas Partai Golkar.
AI Dekat dengan Generasi Muda
Menurut survey yang dilakukan oleh Google Indonesia, 43 persen pengguna AI di Indonesia adalah generasi muda.
Country Head of Android of Google Indonesia, Denny Galant mengungkapkan bahwa mereka adalah kelompok yang paling adaptif dan responsif terhadap teknologi AI.
Baca Juga: Promedia Audiensi dengan Bupati Pangandaran dan Calon Gubernur Jabar Jeje Wiradinata
“Mereka adalah early adopter dari platform AI generatif, dimana teknologi ini sudah menjadi bagian yang penting bagi kehidupan sehari-hari mereka,” kata Denny Galant dalam konferensi pers.
Namun, penggunaan AI dalam kampanye pemilu juga memiliki tantangan dan risiko yang harus diwaspadai.
Salah satunya adalah masalah etika dan hukum. Penggunaan AI dalam kampanye pemilu harus menghormati hak dan kewajiban para kandidat, pemilih, dan masyarakat.
Baca Juga: X TV dari Elon Musk Kini Hadir di Ruang Tamu Anda
Penggunaan AI dalam kampanye pemilu juga harus sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 9 tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial.
Etika kecerdasan artifisial ini mengatur penggunaan AI secara bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Kampanye Politik & AI di Belahan Dunia Lain
Di Pemilu AS
Komentar Anda