Ben Gvir telah berkali-kali menentang aturan lama pemerintah Israel yang melarang ibadah Yahudi di kompleks Masjid al-Aqsa, yang oleh umat Yahudi dikenal sebagai Bukit Bait Suci atau Temple Mount, salah satu situs keagamaan paling sensitif di Timur Tengah.
Meski umat Yahudi dan non-Muslim lainnya diizinkan mengunjungi kompleks tersebut pada jam-jam tertentu, mereka tidak diperbolehkan beribadah atau menunjukkan simbol keagamaan di sana.
Bulan lalu, Ben Gvir mengumumkan bahwa ibadah Yahudi kini diizinkan di Bukit Bait Suci, namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, segera menegurnya dan menegaskan bahwa status quo tidak berubah.
Baca Juga: Cara Menggunakan Google Wallet untuk Menyimpan Kartu Kredit, Tiket Kereta, Identitas, dan Lainnya
Menteri Dalam Negeri Israel, Moshe Arbel dari partai koalisi ultra-Ortodoks Shas, menyatakan, “akan tiba hari ketika masa untuk memancing-mancing Ben Gvir berakhir. Taurat tidak akan pernah tergantikan.”
Dania Koleilat Khatib, pengamat politik dan presiden Pusat Riset untuk Kerja Sama dan Pembangunan Perdamaian di Beirut, mengatakan kepada VOA bahwa kelompok garis keras seperti Ben Gvir tidak menginginkan perdamaian.
“Dia tidak menginginkan kesepakatan. Mereka tidak menginginkan kesepakatan dengan Hamas, karena… begini, jika saya ingin bersepakat dengan Anda, itu artinya saya mengakui keberadaan Anda,” jelas Khatib.
“Bukanlah suatu kebetulan ketika ia beribadah [di kompleks al-Aqsa] setelah [Presiden AS Joe] Biden, Sheikh Tamim [bin Hamad Al Thani dari Qatar], dan [Presiden Mesir Abdel Fattah] el-Sissi mengambil sikap tegas dan mengatakan cukup, kita harus mengakhiri ini,” tambahnya.
Discussion about this post