Baca Juga: Cara Mendapatkan Photoshop Gratis (Dan Alternatifnya) untuk Edit Foto di Tahun 2024
Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Diponegoro Mohamad Rosyidin juga memuji rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah, menilainya sebagai langkah maju dan positif bagi prospek perdamaian dan kemerdekaan Palestina.
“Sehingga konsolidasi ini setidaknya akan memperkuat modalitas politik bagi Palestina untuk mencari pengakuan kemerdekaan. Setidaknya secara internal, mereka sudah cukup solid. Tinggal bagaimana mengatasi persoalan Israel,” katanya kepada VOA, Rabu 24 Juli 2024 lalu.
Rosyidin menambahkan Hamas dan Fatah sebenarnya sama-sama bercita-cita memerdekakan Palestina, namun masing-masing menggunakan pendekatan yang berbeda. Konsolidasi kedua faksi terbesar di Palestina ini tentu mengurangi tantangan domestik dalam mewujudkan Palestina merdeka.
Baca Juga: Kabar iPhone Lipat akan Rilis di 2026 Semakin Kencang
Menurutnya, China menjadi penengah dalam proses rekonsiliasi Hamas-Fatah karena ingin menunjukkan komitmennya dalam perdamaian Timur Tengah. Sebagai negara besar, negara Panda itu memang memiliki tanggung jawab terhadap perdamaian dunia.
Keberhasilan China dalam mendamaikan Hamas-Fatah mengirim pesan bahwa legitimasi Amerika Serikat di Timur Tengah makin lemah karena terlalu memihak Israel, tambah Rosyidin.
Jadi peran China tidak hanya demi perdamaian tapi bagian dari strategi untuk mengurangi dominasi Amerika yang bias dalam konflik Palestina-Israel.
Rosyidin memperkirakan perdamaian Hamas-Fatah tidak akan berpengaruh terhadap kebijakan Israel, yang berkukuh untuk menghancurkan Hamas.
Discussion about this post