Pada tahun 2023, tercatat 317,59 juta upaya serangan, meningkat 93% dibanding tahun sebelumnya.
“Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah pembayaran uang tebusan tertinggi akibat dampak besar serangan terhadap layanan publik,” jelasnya.
Belajar dari pengalaman negara lain, termasuk AS, Janosek menekankan pentingnya tindakan terkoordinasi antara pemerintah, pakar siber, dan sektor swasta dalam menghadapi ancaman ransomware.
Kolaborasi ini diperlukan untuk melakukan penilaian menyeluruh terhadap kerugian, memulihkan layanan publik yang terdampak, dan memperkuat sistem keamanan siber nasional.
Baca Juga: Samsung Galaxy Z Flip 6: Bocoran Harga, Tanggal Rilis, dan Spesifikasi Terbaru
Pemerintah Indonesia telah menyatakan menolak membayar tuntutan tebusan dari pelaku serangan ransomware.
Meskipun keputusan ini mendapat dukungan dari beberapa pihak, namun ada juga yang berpendapat bahwa pembayaran tebusan dapat menjadi solusi cepat untuk memulihkan layanan publik yang vital.
Namun, membayar tebusan juga dapat mendorong pelaku untuk melakukan serangan serupa di masa depan.
Para pakar siber sepakat bahwa langkah-langkah preventif sangat krusial untuk mencegah terulangnya insiden serupa.
Baca Juga: Cara Upgrade ke Windows 11 Secara Gratis, Bahkan Jika Perangkat Tidak Kompatibel
Selain memperkuat sistem keamanan siber di tingkat nasional, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan digital.
Hal ini dapat dilakukan melalui edukasi dan pelatihan tentang praktik-praktik keamanan siber yang baik, seperti penggunaan kata sandi yang kuat, pembaruan perangkat lunak secara teratur, dan kewaspadaan terhadap tautan atau lampiran mencurigakan.
Selain itu, perusahaan dan organisasi perlu melakukan investasi dalam teknologi keamanan siber yang mutakhir, seperti perangkat lunak antivirus, firewall, dan sistem deteksi intrusi.
Komentar Anda