PORTAL BONTANG – Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima perjanjian perdamaian tanpa kejelasan dari Israel tentang gencatan senjata yang berkelanjutan dan penarikan lengkap dari Gaza.
Ini terjadi setelah para pemimpin Israel berjanji untuk melanjutkan operasi militer hingga Hamas sepenuhnya dieliminasi.
Seiring dengan berlanjutnya kampanye militer Israel di Gaza, upaya mencapai gencatan senjata mengalami kendala.
Baca Juga: Sudah Instal iOS 17.5? Jangan Lupakan Fitur Baru iOS 17.2 yang Mungkin Anda Lewatkan di iPhone
Qatar, yang bertindak sebagai mediator atas nama Hamas, menyatakan bahwa ada ambiguitas dari kedua belah pihak yang bertikai.
“Kami mendengar pernyataan yang saling bertentangan dari menteri-menteri di Kabinet Israel. Kami belum mendengar pernyataan dari kedua belah pihak yang memberikan keyakinan besar pada proses ini,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri, Majed Al-Ansari, dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia, Rabu 5 Juni 2024.
Pemimpin Israel telah berjanji untuk melanjutkan operasi militer terhadap Hamas hingga kelompok tersebut hancur, meskipun ada usulan gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden Joe Biden minggu lalu.
Dalam sebuah wawancara, Biden tampaknya setuju dengan tuduhan bahwa Benjamin Netanyahu memperpanjang perang untuk menenangkan kelompok sayap kanannya.
Baca Juga: BSI Tanggapi Rencana PP Muhammadiyah Tarik Dana Simpanannya
Tetapi ketika ditanya pada Selasa, 4 Juni 2024 apakah perdana menteri Israel itu sedang bermain politik, Biden mengatakan “tidak.”
“Saya pikir bukan itu masalahnya. Dia mencoba menangani masalah serius yang dia hadapi,” kata Biden.
Rencana gencatan senjata dimulai dengan jeda sementara selama enam minggu dalam pertempuran dengan imbalan pembebasan beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas, dan pada akhirnya menuju penghentian permusuhan secara permanen.
Baca Juga: Cara Mudah Mengatasi iPhone Macet atau Ngelag dengan Force Restart
Sebagai penjamin Israel dalam perundingan mediasi, Amerika Serikat mengatakan pihaknya mengharapkan adanya tawar-menawar dari kedua belah pihak namun yakin bahwa Israel akan tetap mempertahankan pendiriannya dalam kesepakatan tersebut.
“Kami sangat berharap bahwa mereka (Israel) akan terus mendukung usulan ini karena ini adalah usulan mereka, dan itu demi kepentingan mereka. Usulan ini juga demi kepentingan Hamas. Mereka mengatakan ingin mengakhiri perang. Ini adalah jalan untuk mengakhiri perang itu,” kata juru Bicara Keamanan Nasional John Kirby kepada VOA.
Sementara warga Palestina menghadapi kehancuran dan kematian setiap hari di Gaza, tidak banyak yang memiliki optimisme yang sama dengan pemerintah, termasuk mantan perunding Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Aaron David Miller, yang kini bekerja di Carnegie Endowment for International Peace.
“Prediksi saya adalah meskipun kedua belah pihak menerima hal ini – yang masih jauh dari pasti, mengingat kondisi politik, khususnya di Israel – jika Anda beruntung, sungguh beruntung, kita akan melewati fase pertama. Tapi saya tidak melihat lebih dari itu,” kata Miller kepada VOA.
Baca Juga: Apple akan Gelar WWDC, Bakal Perkenalkan AI Generatif dan iOS 18?
Biden telah menggalang dukungan dari komunitas internasional termasuk melalui resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mendukung proposal gencatan senjata.
Resolusi AS tidak mencakup permintaan agar Israel menghentikan operasinya di Rafah, yang merupakan bagian dari resolusi Dewan Keamanan lainnya yang diajukan oleh Aljazair.
Richard Gowan, direktur International Crisis Group di PBB, mengatakan kepada VOA melalui Skype bahwa “Sebagian besar anggota Dewan Keamanan menginginkan operasi di Rafah dihentikan sekarang. Namun jika AS dapat meyakinkan anggota Dewan lainnya bahwa usulan AS merupakan jalan yang kredibel menuju gencatan senjata, termasuk gencatan senjata di Rafah, saya yakin anggota Dewan lainnya akan berkompromi.”
Namun, sementara korban sipil terus berjatuhan, prospek perjanjian gencatan senjata tampaknya suram, setidaknya untuk saat ini. ***
Komentar Anda