“Sesuai dengan rencana kontijensi yang sudah ditetapan masing-masing perwakilan, saat ini KBRI (Kedutaan besar Republik Indonesia) Amman sudah menetapkan wilayah Israel dan Palestina Siaga 1. Kemudian KBRI Teheran menetapkan wilayah Iran Siaga 2. KBRI Beirut menetapkan Libanon Selatan Siaga 1, untuk wilayah Lebanon lainnya termasuk Beirut ditetapkan sebagai Siaga 2,” katanya.
Hingga saat ini masih terdapat 130 WNI di Israel, delapan orang di Gaza, 2.361 orang di Suriah, 217 orang di Lebanon, 387 orang di Iran dan 553 orang di Irak.
Baca Juga: Dikenal sebagai Pohon Ajaib, Ini 6 Manfaat Daun Kelor untuk Kesehatan
Judha menegaskan data tersebut adalah yang tercatat di KBRI dan ada kemungkinan masih ada WNI yang datang dan/atau tinggal di negara-negara itu tetapi tidak melaporkan diri mereka, sehingga tidak tercatat.
Namun dalam konteks perlindungan warga Indonesia, semua KBRI dan kantor-kantor perwakilan di Timur Tengah telah melakukan persiapan.
Kementerian Luar Negeri Indonesia juga melakukan koordinasi erat dengan MER-C terkait penempatan beberapa relawan mereka di Jalur Gaza.
Judha mengataka MER-C dan relawan yang berada di sana sudah mengetahui risikonya dan sudah memiliki rencana kontijensi jika terjadi sesuatu dengan para relawannya.
Baca Juga: Harus Diketahui, Ini Makanan Penambah Trombosit untuk Mempercepat Penyembuhan Demam Berdarah
Sejak perang Israel-Hamas berkecamuk pada 7 Oktober lalu, MER-C sudah mengirim puluhan relawan kemanusiaan dalam tiga gelombang berbeda.
Rotasi tim ketiga saat ini terhambat seiring dimulainya operasi militer Israel ke Rafah pada 6 Mei lalu, yang menutup perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dan Mesir.
Sejak proses rotasi ini terhambat, lanjut Judha, Kementerian Luar Negeri meningkatkan koordinasi dengan MER-C dan Badan Kesehatan Dunia WHO di Jenewa, Swiss, dan Tim Medis Darurat EMT WHO yang ada di Rafah.
Komentar Anda