PORTAL BONTANG – Badan PBB untuk urusan pengungsi Palestina, UNRWA mengatakan bahwa sekitar 80 ribu orang telah melarikan diri dari Rafah sejak Senin, sewaktu Israel menyerang kota di bagian selatan Gaza itu.
“Apa yang dialami keluarga-keluarga ini tidak tertahankan. Tidak ada tempat yang aman,” tulis UNRWA di X, Kamis 9 Mei 2024, dikutip Portalbontang.com dari VOA Indonesia.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz di hari yang sama mengatakan bahwa militer negaranya akan terus memerangi Hamas hingga kehancurannya.
Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat, Berpegang Teguh pada Hukum Allah
Pernyataannya disampaikan sehari setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan AS tidak akan memberikan senjata ofensif kepada Israel untuk digunakan di Rafah, sambil menyatakan komitmen terhadap pertahanan Israel.
Langkah itu diambil setelah para pejabat AS berpekan-pekan menyatakan tentangan terhadap rencana Israel melakukan ofensif di Rafah.
Sementara itu para pejabat Israel mengatakan perlunya melakukan operasi di kota itu untuk mencapai target mengalahkan Hamas dan memastikan pembebasan para sandera yang ditawan di Gaza.
Baca Juga: Indonesia U-23 Tertinggal 0-1 dari Guinea di Babak Pertama Playoff Olimpiade Paris 2024
Para saksi mata melaporkan, Israel hari Kamis menggempur Rafah, sementara militer Israel melaporkan pihaknya menyerang posisi-posisi Hamas di Gaza Tengah.
Para pejabat PBB menyatakan kekhawatiran mengenai pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, termasuk bahan bakar, di tengah-tengah serangan Israel di kawasan Rafah.
Rafah adalah penyeberangan utama untuk membawa masuk bantuan dari Mesir, sementara penyeberangan di dekatnya, Kerem Shalom, memungkinkan pengiriman bantuan itu dari Israel ke Gaza Selatan.
Baca Juga: Apresiasi Kejaksaan Buat KBPA, Pioneer Berbagai Kegiatan Wadah Pensiunan
Militer Israel, Rabu 8 Mei 2024 mengatakan telah membuka kembali pos penyeberangan Kerem Shalom.
Namun, PBB mengatakan belum ada bantuan kemanusiaan yang sudah masuk wilayah Palestina karena tak seorang pun yang hadir untuk menerimanya.
Para pekerja meninggalkan daerah itu sebelumnya karena serangan Israel di dekatnya.
Penyeberangan Kerem Shalom ditutup akhir pekan lalu setelah serangan roket Hamas menewaskan empat tentara Israel.
Pada hari Selasa, satu brigade tank Israel merebut penyeberangan Rafah yang berada di antara Gaza dan Mesir, yang juga memaksa penutupannya.
Baca Juga: Duduk Terlalu Lama Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ini Faktor Risiko dan Gejalanya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sekitar 1,2 juta orang berlindung di Rafah, dan lebih dari setengahnya adalah anak-anak.
Banyak dari mereka berasal dari daerah-daerah lain di Gaza yang mengungsi untuk mencari keselamatan dan perlindungan, sewaktu serangan Israel terhadap Hamas menyebabkan sebagian besar Jalur Gaza hancur.
Perang Israel-Hamas dipicu oleh serangan Hamas 7 Oktober lalu di Israel Selatan yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 250 orang disandera, menurut para pejabat Israel.
Baca Juga: Kenali Tanda Dehidrasi dan Cara Mudah Menanggulanginya, Bisa Sebabkan Komplikasi
Sekitar 100 sandera telah dibebaskan dalam gencatan senjata sepekan pada akhir November lalu.
Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 34.900 orang Palestina, sekitar dua per tiganya adalah perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di Gaza.
Militer Israel mengatakan korban tewas mencakup ribuan anggota Hamas yang dibunuhnya. ***
Komentar Anda