PORTAL BONTANG – Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menuduh pasukan Israel telah menghalangi evakuasi medis pasien dari sebuah rumah sakit di Gaza dan mencegah mereka mencapai fasilitas kesehatan lainnya di Rafah, daerah perbatasan Mesir, Minggu 25 Februari 2024 lalu.
Jens Laerke, juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), pada hari Selasa 27 Februari 2024 lalu menyatakan, militer Israel memaksa pasien dan staf keluar dari ambulans dan menanggalkan pakaian semua paramedis.
Juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) melanjutkan, tiga paramedis kemudian ditahan, meskipun data pribadi mereka telah diberikan kepada pasukan Israel sebelumnya, sementara konvoi lainnya tetap di sana selama lebih dari tujuh jam.
Baca Juga: Harapan Pj Gubernur Kaltim usai Peresmian Pabrik Bahan Peledak di Bontang
“Seorang paramedis telah dibebaskan, dan kami memohon agar dua orang lainnya serta seluruh petugas kesehatan lainnya yang ditahan segera dibebaskan,” ujarnya dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia.
Militer Israel belum memberikan komentar tentang insiden tersebut dan hanya menyatakan bahwa mereka sedang melakukan penyelidikan atas tuduhan yang diajukan oleh OCHA.
Christian Lindmeier, juru bicara WHO, mengungkapkan bahwa beberapa orang dalam konvoi tersebut tidak mampu berjalan, namun mereka semua dipaksa untuk keluar dari ambulans.
Baca Juga: Khutbah Jumat 1 Maret 2024, Sambut Ramadhan dengan Hati Mulia
“Anda dapat bayangkan berada dalam konvoi medis dalam kondisi yang membahayakan nyawa, dan tidak bisa bergerak ataupun dapat bergerak dan dipaksa menunggu di luar (ambulans) selama tujuh jam, itu sungguh kondisi yang tak terbayangkan,” ujar Lindmeier.
Rumah Sakit Al Amal telah menjadi pusat operasi militer di Khan Younis selama lebih dari sebulan.
WHO melaporkan bahwa ada 40 serangan terhadap rumah sakit tersebut dari 22 Januari hingga 22 Februari, yang telah merenggut nyawa 25 orang dan membuat rumah sakit tersebut tidak dapat beroperasi.
Baca Juga: Cara Obati Sakit Kepala Tanpa Obat, Ada 5 yang Bisa Dilakukan
Saat ini, masih ada 215 orang di rumah sakit tersebut, termasuk 31 pasien, petugas medis, paramedis, pengemudi ambulans, delapan dokter dan 10 perawat.
“Sebanyak 24 pasien telah dievakuasi dari Al Amal ke sebuah rumah sakit di Rafah di mana mereka dapat menerima perawatan. Dan beberapa di antaranya, jika tidak semuanya, perlu menjalani operasi, yang mana hal itu tidak dapat dilakukan di Rumah Sakit Al Amal,” kata Laerke.
Lindmeier mencatat bahwa insiden pada hari Minggu itu bukanlah insiden serupa pertama.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Pabrik Bahan Peledak PT Kaltim Amonium Nitrat, Dukung Produktivitas Pangan Nasional
Ia mengatakan sebanyak delapan konvoi juga dihalangi untuk dapat mengangkut pasien yang membutuhkan perawatan lebih lanjut.
“Para pekerja kemanusiaan telah diganggu, diintimidasi, atau ditahan oleh pasukan Israel, dan fasilitas kemanusiaan telah diserang,” tambahnya. ***
***
Penulis: M Zulfikar A | Editor: M Zulfikar A
Komentar Anda