PORTAL BONTANG – Pada Jumat 16 Februari 2024, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa pengakuan terhadap negara Palestina bukan lagi hal yang dilarang bagi negaranya.
Ia memberikan indikasi bahwa pemerintah Prancis mungkin akan mengambil keputusan mengakui negara Palestina, jika upaya mencapai solusi dua negara terhambat oleh penolakan Israel.
Pengakuan sepihak untuk mengakui Palestina oleh Prancis tidak akan berdampak besar pada situasi di lapangan tanpa adanya negosiasi yang nyata.
Baca Juga: Hari Ke-12 Banjir Demak, Air Berangsur Surut, Pengungsi Mulai Pulang
Namun, pengakuan tersebut akan memiliki dampak simbolis dan diplomatis. Demikian laporan dari VOA Indonesia yang dikutip Portalbontang.com, Senin 19 Februari 2024.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas menentang gagasan kedaulatan Palestina.
Ia menegaskan bahwa ia tidak akan berkomitmen untuk hal tersebut, dan sebaliknya malah mengambil alih kontrol penuh atas keamanan di sebelah barat Yordania.
Baca Juga: BMKG: Ada 66 Titik Panas Terdeteksi di Kaltim
Tindakan Netanyahu ini bertentangan dengan eksistensi negara Palestina.
Parlemen Prancis melakukan pemungutan suara pada tahun 2014 untuk mendesak pemerintah mereka mengakui Palestina, sebuah langkah simbolis yang memiliki dampak minimal pada sikap diplomatik Prancis.
Komentar Macron adalah komentar pertama dari pemimpin Prancis mengenai saran tersebut.
Baca Juga: Unik, Mahasiswa UMM Kembangkan Prototipe Alat Pendeteksi Kantuk, Sasar Sopir Travel
Hal ini menunjukkan frustrasi para pemimpin Barat seiring dengan meningkatnya jumlah korban di Gaza.
Tindakan yang dilakukan Israel adalah respons terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang, dan menghasilkan 253 korban sandera, menurut perhitungan Israel.
“Rekan-rekan kami di wilayah ini, terutama Yordania, sedang berusaha, kami sedang berusaha bersama mereka. Kami siap untuk berkontribusi untuk itu, di Eropa dan di Dewan Keamanan. Pengakuan atas negara Palestina bukanlah hal yang tabu bagi negara-negara lain. Prancis,” kata Macron bersama Raja Yordania Abdullah II di Paris.
Baca Juga: UPDATE Real Count Pilpres 2024 di Bontang: Suara Masuk 56 Persen, Prabowo-Gibran di Atas 60 Persen
“Kami memiliki kewajiban kepada rakyat Palestina, yang aspirasinya telah diabaikan terlalu lama. Kita berhutang kepada rakyat Israel yang telah mengalami pembantaian anti-Semit terbesar di abad ini. Kami berhutang kepada wilayah yang ingin bebas dari para provokator kekacauan dan mereka yang menyebar dendam,” katanya.
Komentar Macron kemungkinan ditujukan untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel.
Serangan udara dan darat massal Israel di Gaza, wilayah kecil yang padat penduduknya, telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina.
Baca Juga: UPDATE Real Count Pilpres 2024 di Bontang: Suara Masuk 56 Persen, Prabowo-Gibran di Atas 60 Persen
Pemboman Israel juga telah merusak wilayah yang dibangun dan menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya kehilangan tempat tinggal.
Meskipun sebagian besar negara berkembang mengakui Palestina sebagai sebuah negara, sebagian besar negara-negara Eropa Barat enggan mengakuinya.
Mereka berpendapat bahwa negara Palestina yang merdeka harus muncul dari negosiasi dengan Israel.
Baca Juga: 5 Cara Atasi Stres Pasca Pemilu, Bisa Dicoba Anggota KPPS, PPS, PPK, dan KPU
Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan pada awal bulan ini bahwa akan ada waktunya bagi Inggris untuk berusaha mengakui negara Palestina, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). ***
Ikuti berita terkini dari Portalbontang.com langsung di WhatsApp melalui link https://s.id/portalbontang.
Komentar Anda