PORTAL BONTANG – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengklaim sukses dalam panen jagung di lahan food estate di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dengan produktivitas mencapai 6,5 ton per hektar pada Januari.
Namun, klaim Mentan di food estate ini disambut dengan keraguan, dengan pihak lain menyoroti kondisi lapangan yang belum sesuai dengan klaim tersebut.
Mentan bersikeras bahwa panen jagung di lahan food estate Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, telah sukses, menunjukkan produktivitas yang tinggi pada bulan Januari.
Dia menyatakan bahwa teknologi pertanian yang diterapkan telah membuahkan hasil yang memuaskan dan mengindikasikan potensi besar dari proyek food estate tersebut.
“Dari awal kami yakin dengan potensi lahan food estate ini. Teknologi pertanian yang kita terapkan sudah sangat maju, dan panen jagung ini adalah bukti konkretnya. Kami optimis akan kesuksesan panen berikutnya,” ungkap Mentan dalam siaran pers yang diterbitkan oleh VOA dan dilansir Portalbontang.com, Minggu 28 Januari 2024.
Mentan juga menambahkan bahwa hasil panen jagung ini menunjukkan potensi besar lahan food estate di Gunung Mas, serta kemampuan pemerintah dalam menerapkan teknologi pertanian yang sesuai dengan kondisi tersebut.
Baca Juga: Pernyataan Jokowi Picu Kontroversi, Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah Ambil Sikap
“Meskipun merupakan lahan baru, hasil panen yang baik telah diperoleh. Kunci kesuksesan adalah penggunaan benih berkualitas tinggi, sistem irigasi yang efisien, dan pemupukan yang optimal. Kami sangat optimis dengan potensi lahan ini,” tambahnya.
Selain itu, Mentan juga optimis bahwa kesuksesan panen jagung akan diikuti dengan panen singkong dalam waktu dekat.
Namun, pandangan ini disangsikan oleh Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Kalimantan Tengah, Bayu Herinata, yang menyatakan bahwa kondisi lapangan tidak sepenuhnya sesuai dengan klaim pemerintah.
Bayu Herinata menuturkan bahwa hasil peninjauan terakhir pada 23 Januari menunjukkan bahwa meski tanaman jagung tumbuh, kualitasnya tidak layak untuk dikonsumsi karena kering.
“Dengan kondisi tanaman jagung yang sangat kering dan tidak memadai, klaim mengenai hasil panen per hektare sebesar 6,5 ton patut dipertanyakan,” ujarnya.
WALHI juga menyarankan agar proyek food estate dihentikan karena dinilai telah merampas ruang hidup masyarakat setempat, menyebabkan konflik sosial, dan merusak lingkungan.
Mereka mendesak pemerintah untuk melakukan pemulihan lingkungan di seluruh lahan food estate di Indonesia. ***
Komentar Anda