“MDMC luar biasa. Mereka menjadi salah satu mitra terbaik pemerintah di daerah bencana,” ujar Lilik.
Lilik menegaskan bahwa kontribusi nyata MDMC membuktikan pentingnya kolaborasi dalam membangun ketangguhan bangsa.
Ia juga menyoroti komitmen pemerintah pada sistem peringatan dini yang inklusif (#EWSforAll) dan kesetaraan gender serta inklusi sosial (#GEDSI) dalam penanggulangan bencana.
“Filosofi tangguh bencana adalah memastikan setiap orang, terutama yang tinggal di daerah rawan, memiliki pengetahuan dan kemampuan mitigasi. Ini bukan hanya tugas lembaga besar seperti BNPB atau Basarnas, tetapi juga tanggung jawab komunitas lokal,” jelasnya.
Pada akhirnya, kedua pandangan ini bertemu pada satu titik: MDMC sebagai garda terdepan.
Hajriyanto berharap MDMC dapat menjawab krisis global seperti di Palestina dan Rohingya, sementara Lilik berharap Muhammadiyah terus menjadi pionir dalam membangun #BudayaTangguhBencana di Indonesia.
Hajriyanto pun menutup dengan sebuah kunci strategi.
“Lakukan kooperasi, aliansi, asosiasi dengan berbagai pihak. Itu jalan untuk memperkuat posisi Muhammadiyah di ranah global,” tandasnya.***
Komentar Anda