Portalbontang.com, Gaza – Kabar terbaru mengenai Israel yang menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza telah menyebabkan kepanikan di kalangan warga.
Mereka berbondong-bondong mendatangi pasar untuk membeli kebutuhan pokok, di tengah kekhawatiran akan kekurangan pasokan.
Tindakan Israel ini dilakukan tepat saat umat Muslim memulai ibadah puasa Ramadan. Bulan suci ini hadir di tengah kondisi Gaza yang porak poranda akibat konflik panjang selama 16 bulan antara Israel dan Hamas. Hamas sendiri dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat.
Baca Juga: Mudik Lebaran 2025 Makin Hemat: Harga Tiket Pesawat Domestik Turun Hingga 14 Persen
Mai al-Khoudari, seorang mantan kepala sekolah yang kini menjadi pengungsi di Gaza, mengungkapkan kepedihannya, dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia, Rabu 5 Maret 2025.
“Blokade ini sangat menyengsarakan kami sebagai pengungsi yang kembali ke Kota Gaza. Ini bulan Ramadan, kebutuhan kami sangat banyak. Rumah saya hancur dibom. Saya tidak punya apa-apa di Gaza. Semua kebutuhan mahal dan sulit didapatkan,” ujarnya dengan nada pilu.
Pihak Israel berdalih bahwa persediaan makanan di Gaza sebenarnya masih mencukupi untuk beberapa bulan ke depan.
Namun, pemblokiran bantuan ini terjadi bersamaan dengan macetnya perundingan tahap kedua mengenai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas.
Konflik ini bermula ketika Hamas menyandera 250 orang dalam serangan pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.
Serangan tersebut memicu perang yang telah merenggut puluhan ribu nyawa warga Palestina dan lebih dari 1.700 warga Israel.
Sejauh ini, 147 sandera telah dibebaskan, sebagian besar melalui dua kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Israel juga telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Baca Juga: Harapan Baru Korban PHK Sritex: Investor Datang, Peluang Kerja Kembali Terbuka
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa pemblokiran bantuan ini bertujuan untuk memaksa Hamas agar kembali pada kesepakatan gencatan senjata yang diusulkan oleh utusan Timur Tengah Presiden Amerika Serikat, Steve Witkoff.
Netanyahu menegaskan, “Israel memutuskan untuk menghentikan izin masuknya barang dan pasokan ke Gaza, yang telah kami lakukan selama 42 hari terakhir. Ini kami lakukan karena Hamas mencuri pasokan tersebut dan menghalangi warga Gaza untuk menerimanya. Mereka menggunakan pasokan ini untuk mendanai mesin teror mereka yang mengarah langsung ke Israel dan warga sipil kami.”
Kebijakan keras Netanyahu ini mendapat dukungan dari sebagian warga Israel. Namun, keluarga dari 63 sandera yang masih ditawan justru khawatir bahwa pemblokiran bantuan ini akan memperburuk kondisi sandera dan mempersulit upaya pembebasan mereka.
Zahiro Shahar Mor, seorang warga Israel yang pamannya tewas dalam tahanan Hamas, menyampaikan kekhawatirannya, “Menahan truk bantuan kemanusiaan ke Gaza juga berdampak pada para sandera. Kita tahu betul bahwa kelaparan di Gaza berdampak langsung pada mereka. Dan kami tahu dari kesaksian para sandera yang telah kembali, bahwa mereka diperlakukan dengan lebih keras.”
Baca Juga: Siapkan THR Lebaran dengan Uang Baru! BI Buka Penukaran Online, Kuota Terbatas!
Hamas, negara-negara Arab, PBB, dan berbagai organisasi hak asasi manusia dengan keras mengutuk pemblokiran bantuan oleh Israel.
Mereka menuduh Israel telah melanggar ketentuan gencatan senjata. Liga Arab bahkan berencana mengadakan pertemuan darurat pekan ini untuk membahas upaya mengakhiri perang antara Israel dan Hamas. ***
Komentar Anda