Portal Bontang
Beranda Entertainment Harkitnas 20 Mei 2025: Menggali Inspirasi dari 6 Tokoh Kebangkitan Nasional untuk Hadapi Tantangan Zaman

Harkitnas 20 Mei 2025: Menggali Inspirasi dari 6 Tokoh Kebangkitan Nasional untuk Hadapi Tantangan Zaman

Harkitnas 20 Mei 2025: Kenali 6 pahlawan Kebangkitan Nasional & relevansi perjuangan mereka untuk Indonesia kini. Inspirasi dari Budi Utomo!

Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei.

Portalbontang.com, Jakarta – Tepat hari ini, Selasa, 20 Mei 2025, Indonesia kembali memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).

Momen bersejarah ini tak hanya menjadi pengingat lahirnya kesadaran kolektif bangsa untuk bersatu melawan kolonialisme, tetapi juga menjadi refleksi penting untuk menilik kembali relevansi semangat para pahlawan pendahulu dalam menghadapi tantangan Indonesia di era modern.

Lahirnya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Batavia menjadi penanda dimulainya babak baru perjuangan.

Baca Juga: Aturan Baru Batasan Diskon Ongkir Jadi Sorotan, Bagaimana Nasib Promo Gratis Ongkir E-commerce?

Sejak saat itu, gelombang pergerakan melalui organisasi, pendidikan, dan jalur politik mulai digelorakan oleh putra-putri terbaik bangsa.

Di balik pergerakan monumental tersebut, terdapat figur-figur visioner yang menjadi motor penggerak.

Mengenal jejak mereka adalah cara kita menghidupkan kembali api semangat kebangkitan.

Berikut adalah enam tokoh sentral Kebangkitan Nasional yang perjuangannya masih sangat relevan hingga kini:

Baca Juga: Biden Hadapi Kanker Prostat Agresif, Dukungan Mengejutkan Datang dari Donald Trump

1. Dr. Wahidin Soedirohusodo: Pelopor Pendidikan untuk Semua

Sosok dokter asal Yogyakarta ini dikenal karena kegelisahannya melihat banyak anak bangsa yang cerdas terhalang pendidikannya akibat jerat kemiskinan.

Alih-alih pasrah, Dr. Wahidin gigih berkeliling Jawa menggalang dana beasiswa (Studiefonds).

Baca Juga: Rekening Bank Mendadak Diblokir PPATK? Kenali Penyebabnya dan Ikuti 2 Langkah Mudah Ini untuk Mengaktifkannya Kembali

Semangat Dr. Wahidin menjadi pengingat abadi akan pentingnya pemerataan akses pendidikan berkualitas.

Di era digital ini, perjuangannya relevan untuk mengatasi kesenjangan akses teknologi pendidikan dan memastikan setiap anak Indonesia, tanpa terkecuali, mendapatkan kesempatan belajar yang setara.

2. Dr. Soetomo: Dokter Pejuang dan Organisator Ulung

Sebagai salah satu pendiri utama Budi Utomo, peran Dr. Soetomo dalam membangun fondasi kesadaran nasional tidak terbantahkan.

Baca Juga: 3 Puisi Karya Sastrawan Indonesia Bertema Perjuangan, Tuk Peringati Momentum Hari Kebangkitan Nasional

Selain mengabdi sebagai dokter pemerintah, ia juga aktif dalam pergerakan politik melalui Indonesische Studies Club (ISC) dan kemudian mendirikan Partai Indonesia Raya (Parindra) pada 1935.

Dedikasi Dr. Soetomo di bidang kesehatan dan politik menginspirasi profesional muda untuk berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa.

Semangat persatuan yang diusung Budi Utomo juga krusial untuk menjaga kohesi sosial Indonesia di tengah dinamika global.

3. Ernest Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi): Suara Kritis Penentang Diskriminasi

Baca Juga: HARI INI! Ojol-Kurir se-Indonesia Mogok Massal, Protes Keras Potongan Aplikasi dan Tuntut Keadilan

Meskipun memiliki darah Indo-Eropa, Ernest Douwes Dekker (EDD) dengan tegas memihak perjuangan rakyat Indonesia.

Melalui tulisan-tulisannya yang tajam di berbagai surat kabar, ia tanpa gentar mengkritik praktik ketidakadilan dan kebijakan diskriminatif pemerintah kolonial.

Keberaniannya ini membuatnya diasingkan, namun tak memadamkan semangatnya untuk mendirikan Indische Partij bersama Ki Hajar Dewantara dan Dr. Cipto Mangunkusumo.

Baca Juga: Ini Rencana Konkret Bontang Atasi Banjir, Pengangguran, dan Stunting di RPJMD 2025-2029

Ketajaman analisis dan keberanian EDD dalam menyuarakan kebenaran sangat relevan bagi perkembangan jurnalisme berkualitas, kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab, serta perjuangan melawan segala bentuk diskriminasi dan hoaks di era informasi.

4. Dr. Cipto Mangunkusumo: Sang Dokter Rakyat Pembela Keadilan

Figur dokter pejuang lainnya, Dr. Cipto Mangunkusumo, dikenal karena idealismenya yang radikal dalam menentang penjajahan.

Ia turut mendirikan Indische Partij dan sempat aktif di Budi Utomo sebelum memilih jalur pergerakan yang lebih konfrontatif.

Julukan “Dokter Rakyat” melekat padanya karena pembelaannya yang tak kenal lelah terhadap kaum kecil, meskipun terus menerus mendapat tekanan dari pemerintah kolonial.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem Ancam Panen 2025, IFG dan Jasindo Perkokoh ‘Payung’ Asuransi Petani Demi Kedaulatan Pangan

Komitmen Dr. Cipto terhadap keadilan sosial dan pembelaan terhadap kelompok marjinal menjadi inspirasi bagi aktivis hak asasi manusia dan gerakan sosial yang memperjuangkan kesetaraan di Indonesia.

5. Ki Hajar Dewantara (Soewardi Soerjaningrat): Bapak Pendidikan Nasional

Peringatan Kebangkitan Nasional tak bisa dilepaskan dari sosok Ki Hajar Dewantara.

Melalui pendirian Taman Siswa, ia merintis jalan bagi sistem pendidikan yang inklusif, membumi, dan berakar pada budaya bangsa—bukan hanya untuk kaum priyayi, tetapi untuk seluruh rakyat.

Baca Juga: Cuan Gede! BSI Guyur Dividen Rp1,05 Triliun, Anggoro Eko Cahyo Jadi Panglima Baru BRIS

Semboyannya yang masyhur, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani,” tetap menjadi falsafah pendidikan Indonesia.

Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang memerdekakan dan memberdayakan masih menjadi landasan penting.

Tantangan saat ini adalah bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai tersebut secara merata di seluruh pelosok negeri, serta mengadaptasikannya dengan kebutuhan keterampilan abad ke-21.

Baca Juga: Bontang Godok Ulang Peta Pembangunan: Integrasi IKN dan Visi Berkelanjutan Jadi Fokus Revisi RTRW

6. HOS Tjokroaminoto: Guru Bangsa dan Pemimpin Karismatik Sarekat Islam

Hadji Oemar Said Tjokroaminoto adalah orator ulung dan pemimpin Sarekat Islam (SI), salah satu organisasi massa terbesar di era pergerakan nasional.

Pengaruhnya meluas hingga ia dijuluki “Raja Jawa Tanpa Mahkota” dan menjadi guru bagi tokoh-tokoh besar bangsa seperti Sukarno, Musso, dan Kartosuwiryo.

Kemampuan Tjokroaminoto dalam membangkitkan kesadaran kolektif, membangun organisasi massa yang kuat, dan mendidik kader-kader pemimpin bangsa sangat dibutuhkan Indonesia untuk melahirkan generasi pemimpin yang visioner, berintegritas, dan mampu mempersatukan bangsa.

Memperingati Hari Kebangkitan Nasional 2025 bukan sekadar mengenang masa lalu.

Baca Juga: Bontang Siapkan Generasi Emas 2045, Puluhan Kepala Sekolah SD-MI Dibekali Pelatihan Kesehatan Mental

Lebih dari itu, ini adalah momentum untuk menyerap energi perjuangan para pahlawan tersebut dan mengkontekstualisasikannya dalam upaya membangun Indonesia yang lebih adil, cerdas, dan berdaulat di masa kini dan mendatang. ***

Join channel WhatsApp Portalbontang.com agar tidak ketinggalan berita terbaru lainnya

Join now
Bagikan:

Iklan