Baca Juga: Heboh Kasus Keracunan Massal di Cianjur, BGN Selidiki Dugaan dari Program Makan Bergizi Gratis
Jenazah disemayamkan di rumah duka, Dusun Dagung, Desa Gonggang, Magetan. Pemakaman dijadwalkan berlangsung di Tempat Pemakaman Umum desa setempat.
Puluhan pendaki turut mengantarkan pemakaman jenazah Mbok Yem, menunjukkan betapa besar pengaruh dan kasih sayangnya terhadap komunitas pendaki.
Warung Mbok Yem: Simbol Kehangatan di Puncak Lawu
Sejak tahun 1980-an, Mbok Yem telah membuka warung di puncak Gunung Lawu. Awalnya, ia sering naik ke hutan Gunung Lawu untuk mencari bahan jamu herbal.
Baca Juga: Israel Hapus Ucapan Duka untuk Paus Fransiskus, Diduga karena Kritik Soal Perang Gaza
Dari kebiasaan itu, ia akhirnya memutuskan untuk membuka warung di jalur pendakian Lawu.
Warungnya dikenal sebagai tempat yang menyediakan makanan hangat seperti nasi pecel, teh manis, dan mie instan, yang sangat dibutuhkan oleh para pendaki setelah perjalanan panjang.
Warung Mbok Yem bukan sekadar tempat makan, tetapi juga menjadi ruang persinggahan yang sarat makna.
Ia menyambut siapa pun dengan keramahan khas nenek Jawa Timur. Tidak ada yang pulang dari Lawu tanpa mendengar kisah Mbok Yem, atau mencicipi teh hangat buatannya yang terasa istimewa di tengah dinginnya kabut.
Baca Juga: Jelang Ujian Seleksi PPPK Tahap 2 TA 2024, Pemkot Bontang Tegaskan Tak Ada Ruang untuk Kecurangan
Bagi banyak pendaki, Mbok Yem bukan hanya penjaja makanan. Ia adalah simbol semangat, kehangatan, dan dedikasi.
Meski hanya tinggal di puncak gunung dengan fasilitas sederhana, Mbok Yem telah memberi arti lebih pada perjalanan spiritual dan fisik para pendaki.
Warisan dan Kenangan yang Abadi
Baca Juga: Prabowo Uji Coba Drone Pertanian di Ogan Ilir: 25 Hektare Sawah Disemai dalam Sehari
Komentar Anda