PORTAL BONTANG – Pengajuan kebaya ke UNESCO sebagai warisan budaya oleh Indonesia bersama negara-negara ASEAN lainnya disambut positif oleh perancang busana Didiet Maulana.
Dia melihatnya sebagai langkah penting dalam pelestarian budaya dan kebanggaan nasional.
Menurut Didiet, kebaya bukan sekadar busana, tetapi bagian dari identitas dan perjalanan budaya bangsa.
Baca Juga: Minyak Zaitun: Rahasia Diet Mediterania untuk Melawan Demensia
Penetapannya sebagai warisan budaya UNESCO akan semakin memperkuat rasa bangga dan kecintaan masyarakat terhadap kebaya.
“Apapun nanti hasilnya, kebaya akan selalu menjadi bagian dari busana kita. Ini justru akan semakin membuat anak-anak muda semakin bersemangat untuk mengenakan kebaya,” ujar Didiet, dilansir Portalbontang.com dari Antara, Sabtu 11 Mei 2024.
Didiet meyakini penetapan kebaya sebagai warisan budaya UNESCO akan membawa banyak manfaat positif, di antaranya meningkatkan pelestarian Budaya, memperkuat identitas nasional, mendorong industri kreatif dan menarik minat generasi muda.
Baca Juga: Gagal Antarkan Indonesia U-23 ke Olimpiade Paris 2024, Erick Thohir Tundukkan Kepala Pada Pemain
“Pengakuan UNESCO dapat menarik minat generasi muda untuk mempelajari dan mengenakan kebaya, sehingga budaya ini terus lestari,” ucapnya.
Pengajuan kebaya ke UNESCO dilakukan bersama negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Hal ini menunjukkan semangat kolaborasi dan persatuan dalam menjaga warisan budaya bersama.
Baca Juga: Lemak Trans, Ancaman Tersembunyi di Balik Gorengan Favorit, WHO Paparkan Hasil Mencengangkan
Didiet mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mendukung pelestarian budaya bangsa, khususnya kebaya.
Dia berharap kebaya akan terus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dan dikenakan dengan penuh kebanggaan.
Selain kebaya, Kemenko PMK mengajukan kesenian Reog asal Ponorogo, Jawa Timur dan alat musik tradisional Kolintang dari Sulawesi Utara sebagai warisan budaya UNESCO.
Untuk Kolintang juga dilakukan lewat metode pengajuan bersama dengan alat musik dari Afrika.
Nantinya hasil pengajuan tersebut baru akan diketahui sekitar Agustus atau September 2024 menanti sidang UNESCO.
Sebelumnya, ada dua warisan budaya dari Indonesia yang telah diakui dan telah mendapatkan sertifikat dari UNESCO, yakni subjek pelestarian kawasan Sumbu Filosofis di Yogyakarta dan budaya sehat jamu.
Sertifikat pertama diberikan atas penetapan Sumbu Filosofis Yogyakarta dan penanda bersejarahnya atau The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks sebagai Warisan Budaya Dunia pada 24 September 2023 dalam Sidang ke-45 di Riyadh, Arab Saudi.
Untuk sertifikat kedua atas penetapan Budaya Sehat Jamu atau Jamu Wellness Culture sebagai Warisan Budaya Tak benda UNESCO pada 6 Desember 2023 dalam Sidang ke-18 di Kasane, Botswana. ***
Komentar Anda