PORTAL BONTANG – Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati Hari Kartini, momen untuk mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memajukan kaum perempuan.
Sosoknya yang inspiratif terus diceritakan kembali, mengingatkan kita bahwa semangatnya dalam memperjuangkan kesetaraan gender masih relevan hingga saat ini.
Berikut jejak-jejak Kartini yang bisa ditelusuri melalui surat-suratnya, dilansir Portalbontang.com dari Antara.
Baca Juga: Mengenang RA Kartini, Profil dan Fakta Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia
Surat-surat Kartini: Jendela Menuju Pemikirannya
Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879, mulai aktif menulis surat pada tahun 1899.
Surat-suratnya, yang kemudian dibukukan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, menjadi jendela untuk memahami pemikirannya yang progresif dan perasaannya yang mendalam tentang kondisi perempuan di masa itu.
Baca Juga: Paracetamol Ganggu Jantung? Hati-hati Konsumsi Obat Pereda Nyeri Ini
Keresahan dan Keinginan untuk Merdeka
Dalam surat-suratnya, Kartini mengungkapkan keresahannya terhadap keterbatasan perempuan di masa itu.
Ia mendambakan kebebasan untuk bergerak, belajar, dan menentukan nasibnya sendiri.
Tradisi yang membelenggu, seperti poligami dan aturan adat yang kaku, menjadi target kritiknya.
Surat-surat Kartini: Memicu Semangat Perjuangan
Surat-surat balasan dari teman-temannya di Eropa, yang merasakan kemerdekaan sebagai perempuan di dunia modern, semakin memperkuat tekad Kartini untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan Indonesia.
Ia yakin bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai kesetaraan gender.
Peran Penting J.H. Abendanon
J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, memiliki peran penting dalam kehidupan Kartini.
Ia adalah orang yang memberikan beasiswa untuk Kartini bersekolah di Belanda, meskipun pada akhirnya ditolak karena Kartini harus menikah.
Abendanon-lah yang kemudian mengumpulkan surat-surat Kartini dan menerbitkannya dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Baca Juga: Evakuasi Warga Tagulandang Terus Dilakukan, Tim SAR Manado Imbau Segera Mengungsi
Warisan Kartini: Semangat yang Tak Lekang Oleh Waktu
Meskipun Kartini telah tiada, semangatnya dalam memperjuangkan emansipasi wanita terus menginspirasi generasi penerus.
Hari Kartini menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk kesetaraan gender masih panjang, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk meneruskannya.
Baca Juga: Sejarah Kebaya, Warisan Budaya yang Menghiasi Peringatan Hari Kartini
Profil RA Kartini
Lahir: Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879
Meninggal: Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904
Gelar: Pahlawan Kemerdekaan Nasional (ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964)
Buku: Habis Gelap Terbitlah Terang (kumpulan surat Kartini yang diterbitkan oleh J.H. Abendanon)
***
***
Penulis: M Zulfikar A | Editor: M Zulfikar A
Komentar Anda