Portalbontang.com, Bontang – Di tengah ketegangan perang dagang yang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, muncul secercah harapan untuk de-eskalasi.
Delegasi tingkat tinggi dari kedua negara dijadwalkan bertemu di Jenewa, Swiss, akhir pekan ini untuk membahas langkah-langkah meredakan tensi yang dipicu oleh kebijakan tarif balasan atau resiprokal.
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump, telah dibalas oleh Presiden China, Xi Jinping, mengakibatkan lonjakan bea masuk impor barang antara kedua negara hingga melampaui 100 persen.
Baca Juga: Skandal Satelit Kemhan: Kejagung Ungkap Potensi Kerugian Negara Rp353 Miliar
Kondisi ini telah menimbulkan kekhawatiran luas terhadap stabilitas ekonomi global.
Dalam perkembangan terbaru, Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, bersama kepala negosiator perdagangan AS, Jamieson Greer, akan mengadakan pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng.
Pertemuan ini disebut-sebut sebagai upaya awal mencari jalan keluar dari perselisihan dagang yang telah berlangsung.
Dilansir dari Reuters, Bessent mengindikasikan bahwa pertemuan tersebut bertujuan untuk membicarakan langkah pertama menuju penyelesaian konflik dagang.
Baca Juga: Jeritan Honorer Kaltim Menggema: Wagub Seno Aji Janji Usulkan PPPK Tahap 3 ke Pusat
Selain itu, agenda penting lainnya adalah pembahasan mengenai pengurangan tarif yang lebih luas antara kedua negara.
“Menurut saya ini akan menjadi de-eskalasi. Kita harus meredakan eskalasi sebelum kita dapat bergerak maju,” kata Bessent di AS, pada Rabu, 7 Mei 2025.
Lebih lanjut, pembicaraan di Jenewa juga akan mencakup isu-isu spesifik seperti bea masuk atas produk-produk tertentu dari China ke AS, kontrol ekspor, serta keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri pengecualian ‘de minimis’ atas impor barang bernilai rendah.
Baca Juga: Ahmad Dhani Minta Maaf Usai Sanksi MKD, Akui Slip of Tongue Soal Marga Pono yang Viral
Dari pihak China, seorang juru bicara Kementerian Perdagangan telah mengonfirmasi kesediaan mereka untuk bertemu dengan utusan AS. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai aspek.
“Dengan dasar pertimbangan penuh atas ekspektasi global,” tutur juru bicara tersebut.
Ia menambahkan, “Kepentingan China dan daya tarik industri dan konsumen AS, China telah memutuskan untuk melibatkan kembali AS.”
Pertemuan di Jenewa ini akan menjadi sorotan dunia, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap arah perdagangan dan perekonomian internasional.
Banyak pihak berharap dialog ini dapat menghasilkan kemajuan konkret dalam menyelesaikan sengketa dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut. ***