PORTAL BONTANG – Serangan ransomware terhadap Pusat Data Nasional (PDN) Indonesia yang melumpuhkan ratusan instansi pemerintah dan swasta menjadi alarm peringatan serius.
Peristiwa ini menggarisbawahi betapa rentannya infrastruktur digital Indonesia terhadap ancaman siber yang semakin canggih.
Para pakar keamanan siber memperingatkan bahwa serangan ransomware akan terus meningkat di masa depan, menuntut respons proaktif dan strategi komprehensif dari pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan.
Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Menghapus Akun Facebook Anda secara Permanen
Kevin Yehezkiel Gurning, pakar keamanan siber terkemuka di Indonesia, mengungkapkan bahwa serangan ransomware pada PDN telah mengakibatkan data-data penting terkunci dan tidak dapat diakses.
“Meskipun dampaknya belum sepenuhnya terukur, potensi kerugian yang ditimbulkan sangat besar, baik dari segi finansial maupun operasional,” katanya, dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia, Selasa 2 Juli 2024.
Bob Chaput, pakar keamanan siber AS dan pimpinan eksekutif Clearwater Security, menyoroti tiga faktor utama yang memicu peningkatan serangan ransomware.
Pertama, kurangnya kesadaran akan risiko serangan siber di kalangan organisasi dan individu.
Baca Juga: Haddad Alwi akan Meriahkan Pembukaan MTQ ke-17 Tingkat Bontang Malam Ini
Kedua, kegagalan pimpinan dan dewan direksi dalam memahami dan menangani masalah keamanan IT secara serius.
Ketiga, anggapan keliru bahwa serangan siber hanyalah gangguan kecil yang tidak memerlukan perhatian khusus.
Data dari statista.com yang dikutip oleh Diane M. Janosek, CEO Janos LLC dan mantan anggota senior Intelijen Pertahanan Badan Keamanan Nasional AS, menunjukkan peningkatan drastis upaya serangan ransomware secara global.
Baca Juga: Perundingan Gencatan Senjata Hamas-Israel Terancam Buntu
Komentar Anda