“Saya kira apa yang benar-benar mengejutkan dari data IPC adalah bahwa semua upaya yang telah dilakukan, semua tekanan terhadap pemerintah Israel pada bulan Maret dan April, semua yang telah dicapai, hanyalah kembali meningkatkan risiko bencana kelaparan menjadi sangat tinggi,” pungkas Konyndyk.
Konyndyk juga menyebut bahwa jika proses pengiriman bantuan kembali terganggu, seperti halnya yang terjadi selama operasi Rafah, maka “semua kemajuan itu, meski sedikit dan belum cukup, akan hilang lagi.”
Baca Juga: Apple Terancam Denda Besar, App Store Dituduh Langgar Aturan Uni Eropa
Setelah sempat terhenti atas dugaan adanya keterlibatan dengan Hamas, aliran bantuan dana untuk warga Palestina melalui UNRWA kembali dilanjutkan sebagian besar negara pendonor, dan sejumlah donor baru pun bermunculan.
“Kami mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat. Namun semua ini tidak dapat mengimbangi penangguhan donor utama kami, Amerika Serikat. Dan bahkan jika kami memiliki Amerika Serikat, kami pasti tidak akan berada dalam jalur yang berkelanjutan dalam hal pendanaan yang dapat diprediksi untuk lembaga ini,” ujar Lazzarini.
Pada awal tahun ini, Israel menuduh belasan staf UNRWA ikut ambil bagian dalam serangan 7 Oktober yang berakibat penangguhan donor dari Amerika Serikat dan belasan negara lainnya.
Semua negara, kecuali Amerika Serikat dan Inggris, kini telah melanjutkan kembali pendanaan mereka setelah dilakukan pemeriksaan independen terhadap UNRWA.
Baca Juga: Satelit Prancis-China SVOM Meluncur, Memburu Ledakan Kosmik Terbesar di Alam Semesta
Negara pendonor baru pun bermunculan seperti Algeria, Irak, Yordania dan Oman, ditambah donor individual dari Singapura.
Perang antara Israel dan Hamas telah melumpuhkan hampir seluruh kapasitas Gaza untuk menghasilkan produk pangan mereka sendiri.
Komentar Anda