Hal ini disebabkan oleh alokasi biaya overhead yang cenderung tidak akurat sehingga menimbulkan kesenjangan biaya yang dapat mempengaruhi penilaian profitabilitas dan efisiensi operasional.
Misalnya, dalam metode costing berdasarkan volume, biaya overhead bisa dialokasikan secara merata berdasarkan jumlah unit yang diproduksi, tanpa memperhitungkan kompleksitas atau variasi aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi unit-unit tersebut.
Akibatnya, produk atau layanan yang lebih kompleks dan memerlukan lebih banyak sumber daya mungkin terlihat lebih murah dibandingkan harga sebenarnya, sementara produk atau layanan yang lebih sederhana mungkin terlihat lebih mahal.
Baca Juga: Cara Menonaktifkan Autoplay dan Fitur Otomatis Lainnya di Apple Music
Dikarenakan hal tersebut, Activity Based Costing (ABC) muncul sebagai alat pengukuran biaya yang lebih akurat dan efektif.
Prinsip dasar dari ABC adalah mengalokasikan biaya overhead secara langsung ke suatu produk atau jasa berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
Dengan pendekatan ini, biaya overhead tidak hanya didistribusikan secara merata tetapi juga berdasarkan penggunaan sumber daya pada setiap aktivitas.
Misalnya, ketika memproduksi suatu barang, aktivitas seperti perakitan, pengendalian kualitas, dan pengemasan akan diidentifikasi dan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas ini akan dialokasikan sesuai dengan produk yang digunakan.
Baca Juga: Nvidia Salip Microsoft Jadi Perusahaan Publik Terbesar di Dunia
Implementasi ABC memungkinkan perusahaan memiliki pemahaman yang lebih jelas dan akurat tentang biaya produksi.
Maka, terdapat Integrasi antara perencanaan strategis dan Activity Based Costing (ABC) yang menjadi pendekatan yang efektif untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
Komentar Anda