PORTAL BONTANG – Mahkamah Agung Brasil pada Jumat 13 September 2024 mengungkapkan bahwa seorang hakim telah memerintahkan penyitaan lebih dari $3 juta dari rekening sejumlah perusahaan milik miliarder Elon Musk.
Dana tersebut digunakan untuk membayar denda yang diakibatkan oleh platform media sosialnya, X.
Brasil sempat menghentikan operasi X beberapa waktu lalu, dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia, Selasa 17 September 2024.
Baca Juga: Indodax Diduga Diretas, Kenali Jenis Crypto Attack dan Cara Menghindarinya
Hakim Alexandre de Moraes bulan lalu menginstruksikan penutupan X di Brasil setelah Musk menolak untuk menghapus puluhan akun sayap kanan dan gagal menunjuk perwakilan hukum baru di negara tersebut, sesuai dengan perintah yang diberikan.
Dalam pernyataan singkat, pengadilan menyebutkan bahwa Moraes telah “menetapkan transfer ke kas negara sebesar 18,35 juta reais ($3,28 juta) atau setara 50,8 miliar rupiah, yang diblokir” dari rekening X dan perusahaan internet satelit Starlink, keduanya dimiliki oleh Musk.
Moraes berulang kali berseteru dengan miliarder kelahiran Afrika Selatan tersebut terkait upayanya untuk memerangi disinformasi.
Dia juga membekukan aset X dan Starlink untuk memastikan pembayaran denda yang dikenakan pada X akibat ketidakpatuhan terhadap perintah pengadilan.
Starlink telah beroperasi di Brasil sejak 2022, terutama di komunitas terpencil di Amazon.
Platform media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter ini memiliki lebih dari 22 juta pengguna di Brasil.
Moraes juga mengeluarkan perintah bahwa siapa pun yang menggunakan “dalih teknologi” seperti jaringan pribadi virtual (VPN) untuk mengakses situs yang diblokir dapat didenda hingga $9.000 (setara 138,7 juta rupiah).
Baca Juga: Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi CPNS Kota Bontang 2024: Daftar Nama Lolos Tahap Berikutnya
Langkah Moraes tersebut telah memicu perdebatan mengenai kebebasan berekspresi dan batasan jaringan sosial, baik di dalam maupun di luar negeri.
Presiden sayap kiri, Luiz Inacio Lula da Silva, memuji larangan tersebut, sementara pendahulunya dari sayap kanan, Jair Bolsonaro, menyebut Moraes sebagai “diktator.” ***