PORTAL BONTANG – Bagi banyak orang, liburan di pantai sering diidentikkan dengan menikmati pemandangan matahari terbenam yang indah.
Namun, kondisi laut yang keruh dan penuh sampah sering kali membuat wisatawan enggan berlama-lama di tepi pantai.
Berbeda dengan kebanyakan orang, Liew Erynn, seorang gadis 13 tahun asal Selangor, Malaysia, justru memiliki pandangan yang unik.
Baca Juga: Baparekraf Developer Day (BDD) 2024 Yogyakarta: Dorong Ekosistem Digital Inklusif dan Kompetitif
Terlepas dari kondisi laut yang kurang bersih, Liew selalu merasa tertarik untuk menikmati pesona pesisir pantai.
Sebagai pencinta sastra fantasi dan imajinasi, Liew sering menuliskan pengalaman pribadinya saat berlibur ke pantai, terutama terkait dengan kehidupan laut.
Dari snorkeling hingga menyaksikan penetasan penyu, semua momen itu memberikan inspirasi bagi Liew untuk mengangkat isu-isu lingkungan yang mengancam ekosistem laut, seperti penangkapan ikan berlebihan, perubahan iklim, hingga polusi plastik.
“Kunjungan-kunjungan ke pantai tidak hanya memberi saya waktu untuk berlibur, tapi juga membuka mata saya terhadap masalah yang dihadapi lautan,” ungkap Liew dalam esai yang ia tulis untuk Kompetisi Esai Persemakmuran Ratu (QCEC) 2024.
Baca Juga: Khutbah Jumat 4 Oktober 2024, Pancasila Memperkuat Nilai-Nilai Agama
Dalam esainya, Liew berhasil menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga kelestarian laut, hingga membuatnya keluar sebagai juara dalam kompetisi bergengsi yang diadakan oleh Royal Commonwealth Society of the United Kingdom.
Menurut The Star, Liew dinobatkan sebagai ‘Pemenang Junior’ dan akan terbang ke London pada November 2024 untuk menghadiri acara penghargaan yang dipimpin oleh Ratu Camilla di Istana Buckingham.
Di sana, ia akan bergabung dengan tiga finalis lainnya: Evangeline Khoo Ke Ying dari Malaysia, Christabelle Yeo dari Singapura, dan Victor Kiyaga dari Uganda.
Esai-esai mereka dipilih dari 34.939 kiriman, jumlah yang memecahkan rekor dari tahun sebelumnya.
Laut Keruh yang Menyimpan Keindahan
Esai Liew berjudul The Indian Ocean Queen’s Troubles (Masalah Ratu Samudera Hindia) menggambarkan kerusakan laut akibat polusi dari sudut pandang makhluk laut yang bisa berbicara.
Selain itu, ia juga menyertakan ilustrasi buatannya sendiri.
“Melihat polusi dari perspektif makhluk laut adalah cara saya untuk menunjukkan betapa parahnya dampak pencemaran bagi mereka,” jelas Liew.
Baca Juga: Potret Ironi Ketahanan Pangan Papua Selatan: Lahan Subur, Produktivitas Minim
Menurutnya, kesadaran mengenai pentingnya menjaga kebersihan laut sudah mendarah daging setiap kali ia melihat pantai yang kotor.
Ia percaya bahwa kita memiliki pilihan untuk melindungi keindahan alam atau malah merusaknya.
“Saatnya kita mengambil peran untuk melestarikan keindahan lautan dan membuat perubahan positif,” tutup Liew dalam esainya. ***
***
Penulis: M Zulfikar A | Editor: M Zulfikar A
Komentar Anda