PORTAL BONTANG – Di Brooklyn, New York City, seorang perempuan bernama Nora menjadi sorotan karena aktivitasnya dalam upaya mendaur ulang Vape.
Nora, yang memilih untuk tidak mengungkapkan nama lengkapnya demi privasi, dikenal sebagai aktivis yang fokus pada pengelolaan limbah vape di kota tersebut.
Nora menjelaskan bahwa inisiatif ini bermula dari kekhawatirannya melihat banyaknya vape yang dibuang sembarangan di jalan-jalan kota, meskipun sudah tersedia banyak drop-off box resmi di berbagai lokasi.
Baca Juga: Lega Putusan Pilkada 2024 Disambut Baik Masyarakat, Ketua MK: Dongkrak Marwah Lembaga
“Apa yang saya lakukan dengan vape yang saya kumpulkan? Saya membawanya ke pusat daur ulang barang elektronik. New York City memiliki sejumlah lokasi daur ulang yang buka satu hari dalam seminggu di hampir setiap wilayah, di mana warga dapat membawa barang elektronik mereka untuk didaur ulang,” katanya, dilansir Portalbontang.com dari VOA Indonesia.
Inisiatif Nora adalah bagian dari upaya akar rumput untuk melawan masalah polusi vape yang semakin meningkat.
Namun, tantangan yang dihadapi cukup besar, seperti yang diungkapkan oleh para aktivis lainnya.
Lucas Gutterman, Direktur Proyek di Public Interest Research Group, sebuah kelompok advokasi yang berfokus pada kesehatan masyarakat, transportasi, dan pendidikan tinggi, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap polusi yang disebabkan oleh vape.
Baca Juga: Persiapkan Diri! Ini Pedoman Kebijakan Pengadaan PPPK Teknis, PPPK Guru, dan PPPK Nakes Tahun 2024
“Di Amerika, empat setengah vape dibuang setiap detiknya. Masalahnya adalah, vape ini terbuat dari berbagai komponen yang sulit didaur ulang atau diolah setelah dibuang,” jelasnya.
Gutterman juga menekankan bahwa banyak perangkat ini mengandung bahan berbahaya seperti litium dan nikotin, yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan yang serius.
Jeremiah Mock, seorang dosen di University of California San Francisco yang telah melakukan penelitian mendalam tentang isu ini, menambahkan, “Nikotin adalah racun saraf yang sangat berbahaya. Ketika perangkat semacam ini terbuang di tanah dan terkena air hujan, cairan elektronik yang mengandung nikotin dan bahan kimia lainnya dapat mencemari lingkungan.”
Baca Juga: CEO Telegram, Pavel Durov, Ditangkap oleh Kepolisian Prancis
Asosiasi Pengecer Vape, SFATA (Asosiasi Perdagangan Alternatif Bebas Rokok), juga menyadari ancaman ini.
Bahkan, mereka baru-baru ini menyerukan pelarangan impor produk vape sekali pakai. April Meyers, CEO SFATA, mengungkapkan, “SFATA memiliki ratusan anggota yang terdiri dari pengecer dan produsen vape. Kami baru-baru ini melakukan survei di antara mereka dan memutuskan untuk menentang vape sekali pakai karena dampaknya terhadap lingkungan. Kami percaya hal ini merugikan lingkungan.”
Meski demikian, Meyers mengakui bahwa banyak anggotanya masih menjual produk tersebut untuk menjaga kelangsungan bisnis mereka.
“Sayangnya, beberapa anggota terpaksa tetap menjual produk ini demi bertahan hidup. Tanpa itu, bisnis mereka bisa bangkrut,” ujarnya.
Baca Juga: Delapan Partai Politik Lolos ke DPR RI, KPU Umumkan Hasil Resmi Pileg 2024
Beberapa negara seperti China, Iran, dan Inggris sudah mulai menerapkan regulasi ketat terhadap produk-produk ini.
Meskipun Amerika Serikat masih tertinggal dalam hal regulasi dan upaya daur ulang, upaya individu seperti Nora semakin meningkatkan kesadaran dan membuka jalan bagi tindakan yang lebih tegas untuk mengendalikan polusi dari perangkat vape di masa depan. ***
Komentar Anda