“Kami sampaikan bahwa agak sedikit mundur menyampaikan penyampaian ini karena kami harus menunggu wilayah yang paling barat di Aceh,” ungkap Menteri Agama dalam konferensi pers di kantor Kemenag Jakarta, Jumat 28 Februari 2025.
Lebih lanjut, Menteri Agama menjelaskan bahwa kondisi hilal pada malam tersebut memang tidak memungkinkan untuk terlihat di sebagian besar wilayah Indonesia, mulai dari timur, tengah, hingga barat Pulau Jawa.
“Sesuai dengan kondisi obyektif hilal pada malam hari ini memang dari Indonesia bagian timur, tengah, sampai bagian barat, di ekor pulau Jawa itu tidak dimungkinkan untuk bisa menyaksikan hilal,” tegasnya.
Oleh karena itu, laporan dari Aceh menjadi krusial.
“Sesuai dengan laporan tadi, ketinggian hilal di seluruh Indonesia itu antara 3 derajat 5,91 menit hingga 4 derajat 40,96 menit dengan sudut elongasi 4 derajat 47,3 menit hingga 6 derajat 24,14 menit,” jelas Nasaruddin.
Kabar baiknya, hilal akhirnya berhasil terlihat di Aceh.
“Ditemukan hilal di provinsi paling barat di Aceh, sudah disumpah oleh hakim, sehingga dua orang yang menyaksikan ditambah dengan pengukuhan oleh hakim agama setempat maka diputuskan bahwa 1 Ramadan ditetapkan Insya Allah 1 Maret 2025,” pungkas Menteri Agama.
Proses Pemantauan Hilal di 125 Titik di Indonesia
Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, Cecep Nurwendaya, menambahkan bahwa pemerintah melakukan pemantauan hilal di 125 titik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam proses ini, Kemenag menggunakan metode rukyat (pengamatan langsung) dan hisab (perhitungan astronomi).
Baca Juga: Kilang Minyak Pertamina Cilacap Kembali Terbakar di 2025, Insiden Serupa Terulang?
Komentar Anda